Berlian
Indonesia Tengah
oleh Puji Lestari Aji
Matahari
menyisih ke sebelah barat. Mata masih terbelalak menatap cakrawala senja yang
indah. Semburat jingga membentang sepanjang mata memandang. udara dingin
berkelebat bak sesosok bayangan yang datang dan pergi. Tangan ini tetap betah
bersidekap. Berdiri di balkon istana tua
yang tetap gagah. Ketegaran jiwa ini semakin kuat. Mematung penuh rasa,
padahal khayalan entah berkelana ke
mana.
Diiringi lonceng waktu yang terus
berdenting keras. Aku melirik pada benda yang tertempel di sudut ruangan,
jarumnya menunjukkan pukul 15.00 WIB. Dalam hatiku berkata sedemikian rupa. Diam
wahai bayu, tak usah kau jawab dentingan lonceng itu, tetaplah bergeming. Luruhkan
semua rasa gundah dalam hatiku.
Usiaku masih dini, bukan waktunya
untuk bersedih. Aku harus menikmati masa-masa berkarya dalam sejarah hidupku.
Kau tidak bisa menghalangi niatku untuk mengabdi pada nusa dan bangsa. Hatiku
bukan terbuat dari kapas, yang rapuh dan bisa “Kau” remukan setiap saat.
Maafkan aku eyang, untuk saat ini
aku menentang kehendakmu. Aku masih menjadi seorang mahasiswa. Universitasku
terbaik di Indonesia. Aku ingin masa muda ini bermanfaat untuk orang lain. Aku
ingin bersedekah tenaga, ilmu, dan kelebihan lainnya pada orang yang kurang
mampu di sudut sana. Aku ingin menjadi seorang pelopor kemerdekaan bagi seluruh
gadis yang dijodohkan sebelum waktunya. Ini bukan zamannya Siti Nurbaya, yang
rela menikah dengan seorang datuk yang tidak dicintainya. Cintanyapun karam di
tengah perjalanan.