Rabu, 17 Desember 2014

kAu untuKkU


K(A)U untu(k)K(U)
Aneh ya, dunia ini. Ada yang kehilangan tapi ada juga yang mendapatkan.
            Setiap keindahan yang kini aku rasakan hilang seketika. Di tengah malam yang larut kenangan itu lenyap. Mencari tanpa arti. Bermimpi tanpa makna. Bersenda tanpa irama. Mataku telah lelah menantimu. Cukup. Sudah puas hatiku menunggumu. Pergilah. Bawa hatimu dengan damai.
Jangan ingat dentingan dawai itu. Serukan semua kebebasanmu. Kau boleh pergi tanpa syarat. Perlihatkanlah kepandaianmu dalam menjaga cinta. Nafasmu masih mendesau di telinga. Kemarin kau berada di sampingku. Desahan nafas itu yang terakhir. Wangi nafasmu kan kulupankan. Lantunan puitismu aku sisihkan. Aku lelah. Aku tersesat dalam sebuah pesona. Pesona yang membuatku tertidur. Mati suri. Tak tahu rasa atau getir. Senyuman pahit melintas di bibir. Derai air mata ini tak terhitung. Pengorbanan yang tiada artinya.
            Kapan aku melukaimu? Ingatkah jika ia? Apa yang kukatakan padamu? Pada saat apa aku menyakitimu? Di mana kau merasakan sakit itu? Pada siapa kau bersandar? Jatuh kemana air matamu? Apa yang kau lakukan saat kau bersedih? Bagaimana caramu untuk menghentikan tangis? Wanita mana yang kau jumpai? Dibawa kemana jarum-jarum lukamu? Tak kunjung puaskah hatimu berpilu? Berapa jauh kau melangkah tanpa arti? Apa yang kau lakukan padaku saat itu?!!!
            Kau menangis di pelukanku. Kau bersandar padaku. Kala kutidur  ku selalu terbangun memikirkanmu. Aku tidak pernah melukaimu. Aku tempat kau bersimbah air mata. Kau menghiba di pangkuanku. Kau menuntutku selalu terjaga, agar kau bisa meredakan amarahmu. Aku selalu kau jumpai dengan kepedihanmu. Kau hanya tertatih mendekatiku. Kau meninggalkan aku jika kau menemukan bahagia.  Kau lakukan seenaknya seperti burung yang terbang di atas dahan pohon yang bisu. Betapa jahat hatimu.
            Hujan turunkan kata mutiara dari Tuhan. Dari titik airnya aku biasa memaknai. Dari goresan pelangi aku bisa menghitung keindahan yang berwarna. Dari aroma sentuhan kebumi aku bisa menghakimi. Dari suara deru air menerpa aku bisa membawa diri. Dari angin kencang pembawa badai aku bisa berdiri tegak. Dari petir aku bisa berteguh. Dari gemuruh aku bisa bersabar. Dari guyuran aku bisa menghadap ke langit. Tapi dari cintamu aku tak sanggup untuk berbuat apapun. Aku lemah karena ucapanmu. Aku selalu tunduk pada kehendakmu. Aku selalu ada dikalau kau butuhkan. Aku selalu memujamu di dalam nada nafasku. Namamu selalu kusebut. Seluruh cintaku ditaburkan untukmu. Tapi apalah arti dari semua itu? Semuanya tanda tanya. Tak ada pernah kudapatkan darimu. Terima kasih atas hinaanmu. Semoga kau bahagia setelah menyakiti. J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar