Asalamualaikum,
wanita muslimah semoga hatimu tergugah
Aku
dan Agamaku
Selamat pagi kota Italy. Bangun pagi
jam 7an waktu setempat, aku segera mandi dan turun ke bawah untuk breakfast
(included dalam room rate). Standar makanan breakfast adalah roti dengan selai
/ jam, juice buah dan kopi. Dan bisa dikatakan selama di Italy aku jatuh cinta sama minuman yang namanya kopi.
Semua restoran menyuguhkan kopi italia yang wangi tapi ‘nendang’. Di sini bahkan
tidak ketemu toko yang namanya ‘Starbucks’ nggk laku kayaknya ya. sudah
beberapa tahun aku berkelana di negeri Pisa ini. kerinduan akan tanah air
membuatku jatuh cinta kepada indonesia. Kapan aku akan pulang?, kapan aku
selesaikan studyku disini. Walaupun ibu dan ayah selalu menghubungiku namun aku
tetap saja merindukan mereka dan para adik perempuanku yang cantik-cantik.
Satulagi belahan jiwaku juga telah menanti di Indonesia, daerah periangan ku
simpan wanita idamanku. Setelah aku gruadiation degree dari universitas italia
aku kembali ke Indonesia dan mengabdikan kemampuanku pada ibu pertiwi. Pukul
8.00 pagi waktu italia, aku meluncur dengan pesawat dan tiba di jakarta sekitar
pukul 1 dini hari setelah mengalami beberapa transit.
Enam
bulan kemudian.
Aku menikah dengan seorang wanita
yang cantik dia bernama Siti Amanda Larasati, seorang muslim yang memakai
jilbabnya kemanapun ia melangkah. Gadis bandung yang anggun dan penuh
kelembutan membuat aku menjadi semakin cinta dan mengasihinya saja. Ketika
kebaktian pernikahan dilaksanakan di gereja Khatolik Jakarta, pesta besar
mengiringi kebahagiaan kami. Banyak temanku yang hadir.
“wieh,
Crish Tirto atmaja, kamu sekarang udah punya embel-embel.. ! hahah..! seru Budi
meledekku dengan gaya bahasanya yang ngekhas.
“hahaha,
makasih bud, sekarang aku juga sudah memiliki pasangan, jangan ngejat aku
bujang lapuk ya,,.!! Jawabku sambil memeluk istriku.
Setelah satu tahun kami menikah
dengan soerang muslim aku memiliki anak pertama yang bernama Assyifa Az-zahra,
anak pertamaku tidak di beri nama marga atau keturunanku. Ketika kelahirannya
syifa tidak di baptis, malah di ikrarkan menjadi muslimah yang sejati. Anak
kecil yang manis, cantik, berkulit putih, membuat aku semakin betah dirumah dan
semangat bekerja. Setelah syifa masuk taman kanak-kanak istriku memutuskan
untuk hamil lagi dan melahirkan anak kedua kami yang diberinama Ronald Mahendra
Atmaja. Syifa anakku yang pertama sangat senang menyaksikan kelahiran adik
laki-lakinya yang tampan. Keunikan anak pertamaku menggunakan jilbab seperti
ibunya. Namun Sepertinya Ronald mengikuti jejakku menjadi Khatolik yang sejati,
sejak dilahirkan Ronald di baptis oleh pendeta yang biasa di panggil dalam
acara keluargaku. Ketika ulang tahun syifa yang ke 12 dan ulang tahun ronald yang ke 8 tahun, kami
berlibur ke Italia kami mengunjungi bangunan sejarah dan terkenal di italia
yaitu Colosseum. Di sebelah Colosseum terdapat Palatine Hill atau Roman Forum.
Sama juga, isinya adalah reruntuhan kota kuno Romawi. Yang menarik adalah di
situ terdapat makam Julius Ceasar. Kita harus mencarinya dengan seksama (atau
buka buku guide) karena makamnya hanyalah segunduk tanah dan sederhana sekali. Kebahagian
memancar di mata mereka. tetapi ada keganjalan yang membuat hatiku bertanya.
Syifa anak perempuanku bertanya sesuatu yang membuatku bingung.
“
papah, kapan kita jalan-jalan ke Saudi Arabia, aku rindu tanahku. Aku rindu
saudara-saudaraku para muslim disana?. Tanya syifa.
“
ntar sayang, ulang tahun kamu yang ke 13 tahun aja ya,?.. jawabku meyakinkan.
“ini,
rumahnya adek Ronald dan papah, disini bukan rumahku pah, bukan, untuk aku dan
mamah.! Sela syifa.
Selama di italia anakku tidak pernah
membuka hijabnya, padahal istriku sudah bisa menyesuaikan dengan keadaan.
Selama di italia istriku melepas hijabnya. Pernah satu waktu aku meminta agar
anakku membuka hijabnya, namun syifa sangat tegas menjawab dengan kata TIDAK
PERNAH. Mulai saat itu aku tidak pernah lagi memintanya untuk membuka jilbabnya.
Beberapa hari di Italia, syifa tidak sama sekali makan bersama di restaurant
terkenal di sana, ia memilih makan dengan Mie instan saja. Kekhawatiran laras
terhadap anaknya semakin menjadi dan memintaku agar segera memesan tiket untuk
pulang ke Indonesia. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang ke Indonesia.
Setelah tamat sekolah menengah atas
Syifa akan melanjutkan studynya di Kairo Mesir. Pihak keluargaku sangat tidak
setuju dengan hal itu, namun ia sangat besikukuh untuk melanjutkannya di sana. Akhirnya
ada berdebatan di antara kami.
“syifa,
oma dan opa tidak bisa mengizinkan kamu untuk belajar di Mesir, di sana banyak
teroris sayang.”. kata ibuku pada syifa.
“tidak
oma, aku harus melanjutkannya disana, disana banyak saudaraku. Aku ingin
menjadi seorang muslim sejati seperti anak nabiku.”, jawab syifa dengan air
mata yang tergerai.
“tapi
kamu bukan anak seorang nabi, tapi kamu anak dari seorang pemeluk khatolik,
ingat itu syifa,.”. bujuk ayah pada anak sulungku.
“biarkan
saja, opa, islam tidak melihat latar belakang silsilah yang dilihat hanya
keimanan dan ketakwaan seseorang terhadap Alla SWT. Dengan hijab ini akan aku
arungi dunia. Dengan Islamku ini akan membuka pengetahuan baru bagi bangsa yang
masih tersesat.”. jawab syifa dengan nada yang lemah.
Istriku tidak dapat berkata apapun
saat ada perdebatan diantara kami, dia hanya tertunduk bingung apa yang harus
ia lakukan. Aku sangat menyayangi syifa. Aku juga sayang pada ayah dan ibuku.
Aku bingung harus membela yang mana. Setelah tiga hari berlalu dari perdebatan
pertama, sepertinya perdebatan kedua dimulai. Saat kami makan bersama di ruang
mega di rumah ayah, terlihat seluruh angggota keluarga terkumpul hanya satu
yang menggunakan jilbab, anakku Syifa. Setelah kami makan ayah mengabsen
kehadiran perkumpulan keluarga Atmaja, sampai nenekku dari China hadir pada
saat itu. Meja yang panjangnya sekitar 10 meter penuh diisi dengan sanak
saudara. Pembahasan study syifa dimulai.
“Ya Allah, inilah saat aku harus
berjuang sendiri, mempertahankan agamamu dihadapan mereka yang hamba cintai,
aku ingat kisah nabiMu ya Allah, yaitu Nuh as. Berilah hamba kekuatan yang luar
biasa agar hamba bisa mempertahankan hijab dan iman ini. amin”
“
baiklah, salah satu dari rencana kita yaitu pembahasan sekolah syifa,.” Opaku
angkat bicara.
Semua mata melihat kearahku,
sehingga aku tak bisa berbuat apa-apa aku hanya tersenyum memandangi mereka.
“syifa
anak dari Tito akan melanjutkan studynya di Kairo mesir, apakah kalian para
anggota keluarga yang lain setuju, kalau setuju kalian boleh angkat tangan.”.
seru opaku
Setelah
opa mengumumkan hal itu, tidak satupun yang mengankat tangannya termasuk ibuku
sendiri yang sekarang memilih untuk menjadi seorang murtad.
“apa!.
Kairo Mesir, lo nggk usah deh belajar disana, lanjutin aja di Amerika kek,
Australia, Belanda, inggris. Kan masih banyak pilihan lain syifa.”. cela
Marchel salah seorang sepupuku yang usianya sebaya senganku.
“iya,
syifa kamu ikut Marchel saja, biar bareng. Ntar tante kalau mau jenguk Marchel
sekalian lihat kamu.”. hem,.... seru tanteku meyakinkan.
Aku mulai sedih dan menangis melihat
jawaban mereka yang sangat berlawanan dengan keinginanku.
“dengar
syifa, di sana kamu tidak memiliki saudara, bagai mana kalau kamu sekolah di
Italia tempat papamu dulu, disana banyak saudaramu.”. kata oma meyakinkan
“tidak,
oma, opa, papa, semuanya. Syifa masih harus melanjutkan di Kairo, apa salahnya
aku belajar disana, sama saja, tempat dimanapun di dunia ini. sama-sama milik
Allah ku. Jawabku sambil terisak dan tersedu.
Semua
keluarga saling berpandangan, mendengar jawabanku. Seketika itu adikku yang
hanya berbeda 4 tahun membelaku.
“
biarlah kak syifa belajar di Kairo pendidikan disana juga bagus, cocok untuk
dia bertemu dengan saudaranya, kemaren aku lihat di internet seluruh manusianya
beraga Islam, seperti kak Syifa. Jangan memaksa kakakku kasihan. Biarkan dia
mencari kehidupannya yang sesuai.”. kata adikku bernada tingggi.
Mendengar lantangan adikku semua
keluarga mulai berbisik-bisik melihat keberanian dan kelancangan Ronald pada
saat itu, “ Ya Allah, siapakah yang akan
ku sandari saat ini.”.
“
Ronald ada benarnya juga ayah, biarkan syifa pergi ke Kairo untuk melanjutkan
pendidikannya. Sahut ayahku.
Semua
keluarga mulai menerima keputusanku yang diluar batas, aku bergegas
meninggalkan ruang makan menuju kamar. Di dalam kamar yang indah degan lukisan
kaligrafi nama Allah dan Rasulku tercinta. Tersimpuh di hadapan sudut timur
kamarku, sejak saat itu aku bersujud syukur, memanjatkan terimakasihku pada
Allah, atas pertolongannya dan kasihnya yang luar biasa. Dalam sujudku
,diiringi tangis tersedu-sedu aku memohon dengan sangat pada sang Khalik, agar
aku bisa bersekolah dan mengelilingi dunia dengan hijabku ini.
Setelah
beberapa hari dari musyawarah aku mempersiapkan semua baju dan keperluan
sendiri.
“syifa,
mamah bantu ya, menyiapkan baju dan keperluan kamu.?’ Tanya mamah bersemangat.
“boleh
mah, jilbabku jangan sampai ada yang tertinggal ya mah?.” Jawabku sedikit
meledek
“iya,iya
syifa mamah tahu.”. sahut mamah dengan lembut.
Ketika kami sedang asyik membereskan
pakaian dan keperluan, mamah tersentak sewaktu mengangkat Al-qur’an saat akan
memasukkannya kedalam koperku. Aku melihat gerakan dan mimik wajah mamah saat
memegang Al-qur’an. Aku hanya diam terpaku melihat wajah cantik mamah yang
seketika menjadi muram penuh penyesalan. Aku segera menyadarkan alam pikiran
mamah.
“mah,
Al-qur’an itu sangat berharga bagiku, penjagaku dimanapun aku menginjak tanah
di dunia ini. kataku sambil merebut Al-qur’an dari tangan mamah.
Setelah selesai merapikan semua
keperluan. Aku berangkat kebandar udara terlihat disana hanya ada mamah, papah,
dan eyang putriku dari Bandung. Sebelum aku take
out, aku meneteskan air mata pada tanah kelahiranku Indonesia. Selama
berjam-jam melakukan perjalanan udara aku landing
di Airport Internasional Egypt. Pertamakali ku injakkan kaki pada tanah
peninggalan Rasulku. Terasa aroma wanginya doa para ulama besar islam di
universitas yang terkenal di Mesir.
Hampir empat tahun aku tidak pulang
ke Indonesia, selama empat tahun juga aku sudah bisa berkeliling ke 21 negara jajahan Islam. Yang paling berkesan
yaitu Arab, walaupun aku pernah kesana sebelumnya namun perjalannan ini berbeda
karena aku bersama sahabatku Aisyah dari Irak.
Tempat yang pertama kami kunjungi adalah kota JEDDAH-Sepanjang
75 KM sisi laut kota Jeddah punya pesona sendiri. "Ini merupakan daerah
wisata terindah di Arab Saudi," kata Kepala Penerangan dan Sosial Budaya
pada Konsulat Jenderal Mesir di Jeddah, Sabilillah Maqom, ketika mengajak para
wartawan Mesir. Di sana aku menjadi seorang penulis berita pada sebuah media
sosial sebagai keterampilanku. Kami
berkunjung ke beberapa daerah wisata Jeddah, termasuk daerah Corneche (kornesy),
pada Rabu, 15 Januari 2003. Sepanjang pantai kota
Jeddah berdiri bangunan-bangunan peristirahatan, tempat permainan anak-anak
yang menyerupai Walt Disney, yang tidak hanya satu di sepanjang pantai
itu. Selain itu juga terdapat permainan ice skyting. Tidak ketinggalan juga hotel-hotel
berbintang dan restaurant yang ikut menyemarakkan kota Jeddah di sepanjang
pantai Laut Merah. Tempat rekreasi kota Jeddah bisa dimulai dengan menyusuri
sejak Istana Keluarga Kerajaan Arab Saudi yang menampilkan air mancur yang
memancar hingga mencapai 100 meter tingginya.
Sementara di depan air
mancur tersebut, disediakan tempat-tempat duduk untuk memandang keindahan air
mancur, tampak dengan megahnya Guest House kerajaan, bangunan-bangunan sekitar
istana kerajaan, juga didampingi gedung kantor militer Arab Saudi, dan juga
kantor Atase Amerika Serikat. Bergerak terus sepanjang jalan di tengah-tengah
jalan kota wisata Jeddah ini, berdiri ornamen-ornamen berbentuk patung, seperti
kapal laut, mobil-mobil yang di panjang di atas suatu tembok dengan sepotong
bentuk mobil yang muncul dari tembok tersebut. Selain itu juga ada
patung-patung peluru, patung guci indah, patung mesin industri, yang kesemuanya
bangunan tersebut diletakkan di tengah-tengah jalan pemisah jalur jalan kiri
dan kanan. Satu hal yang paling menarik di sepanjang pantai ini adalah sebuah
Masjid Terapung.
Masjid ini berdiri di atas
laut, yang tentunya masjid yang menjorok dari pantai ke tengah laut. Sehingga
para wisatawan yang sedang berkunjung untuk belanja di kota Jeddah ini tidak
bisa melupakan dan menyempatkan diri untuk bersalat di sini. Jika melihat ke
dalam masjid ini, bentuk kubah di dalamnya dilingkari kaligrafi ayat-ayat suci
Al-Quran serta dihiasi lampu-lampu kristal yang sangat cantik. Begitu juga dengan
lantai masjid terapung yang berlantaikan marmer, sedangkan di dalam masjidnya
sendiri dilapisi permadani yang sangat indah luar biasa, yang juga dilengkapi
rak-rak al-Quran beserta al-Qurannya. Aku bersujud sambil berdoa kepada Allah,
aku tidak bisa melewatkan moment ini begitu saja. Setelah kami berkeliling
Jeddah kami meneruskan perjalanan ke Raudhah.sementara itu, banyak jamaah haji yang tidak tahu dimana
letak Raudhah (taman surga) yang berlokasi di Masjid Nabawi, Madinah. Ada yang
menganggap Raudhah itu terletak tiga shaf terdepan bagian masjid. Ada juga yang
menganggap di tengah. Apalagi belakangan ini pembangunan Masjid Nabawi
diperluas dan dipercantik, tentunya banyak jamaah bingung mengenali letak
Raudhah tersebut.
Di sana banyak orang yang
rebutan untuk shalat sunah dan berzikir. Di situlah letak Raudhah. Raudhah
terletak antara makam Rasul dan mimbarnya. Luasnya kurang lebih 144 meter
persegi. Saat ini lokasi itu ditandai dengan pilar-pilar berwarna putih dengan
ornamen yang khas. Sedangkan lantainya dilapisi karpet wool berwarna putih.
Warna karpet ini berbeda dengan warna karpet Masjid Nabawi yang semuanya
berwarna merah. "Taman Surga" ini merupakan tempat mustajab untuk
berdoa. Tak heran bila setiap
saat jemaah haji selalu memadatinya. Bahkan kepadatannya melebihi sudut-sudut
lain di Masjid Nabawi, sehingga agak sulit menuju ke tempat ini. aku menunaikan
ibadahku di taman surga Allah itu dengan air mata yang menggerai menghiasi
pipiku, aku ingat pada orang tuaku yang bukan seorang muslim, begitu juga
dengan ibukku yang mutad dari jalan Allah. Aku memanjatkan do’a agar mereka
selalu dalam lindungan-Nya. Karena aku sangat menyayangi mereka, walaupun kami
berbeda keyakinan. Aku ingat saat guru Sekolah Dasarku berkata, kepada orang
bukan islam dan berusaha menggoyahkan kita yaitu surah Al-khafirun, dan surat
Yunus ayat 41-42. Mereka masih keluargaku, darah dalam tubuhku seorang muslim
ini masih mengalir darah seorang pendeta dari agama Khatolik. “Ya Allah berilah hamba kekuatan, dan keteguhan
iman dalam hati, lisan dan perbuatan , Ya Allah, dalam keluargaku kini hanya
Engkau yang kumiliki”. Amin.
Raudhah
dapat dicapai melalui beberapa pintu. Pintu paling dekat adalah pintu Jibril,
terletak di kiri masjid bagian belakang -dari arah depan. Kalau hanya ingin
mampir di makam Rasul, maka jemaah dapat masuk melalui pintu As-Salam dan Abu
Bakar, terletak pada bagian kanan masjid bagian belakang. Tepat di sisi kiri
Raudhah, terletak makam Rasulullah, Abu Bakar Shiddiq, dan Umar bin Khathab.
Makam ini dikelilingi dinding dengan pintu berlapis emas. Banyak penjaga
berdiri di sisi-sisinya. Di atasnya ada kubah berwarna hijau, atu lebih dikenal
dengan Green Dome. Di sisi kanan bagian depan dari Raudhah terdapat mimbar
Nabi. Di dekatnya terdapat Mihrab (tempat imam) Nabi. Mihrab ini terletak
beberapa meter (sekitar 4 shaf) di belakang Mihrab Masjid Nabawi.
Selama satu minggu aku
berada di kota yang paling terang di alam dunia. Rombongan dari Mesir
memutuskan untuk kembali ke negeri dan menyelesaikan rangkaian perjalanan.
Sengaja kami mengunjungi kota teristimewa di rangkaian yang terakhir karena
memakan waktu yang cukup lama dari perjalanan yang lainnya. Tujuh hari kemudian
aku kirimkan e-mail ke Indonesia lewat e-mail milik Ronald, aku menyampaikan
kabar yang gembira, aku telah mengarungi negara Islam di belahan bumi, tak lupa
aku sertakan foto-foto perjalananku. Ronald menjawab dengan pujian dan video
ucapan dari kedua orang tuaku. Aku merasa puas saat pemenuhan janjiku hampir
berhasil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar