Aku
pergi setelah kau berhijab
Berawal dari masa-masa SMA. Dulu aku
duduk di bangku kelas 12 IPA, teman-teman sering memanggilku Cinta, padahal
nama asliku adalah Senandung Rindu. Aku juga masih bingung kenapa orang tuaku
memberi nama yang sedikit misterius. Setiap kisah yang aku alami selalu
mengukirnya di atas kertas yang putih. Aku selalu menikmati desiran waktu yang
semakin singkat. Mungkin keindahan ini tak akan terulang di waktu yang berbeda,
di tempat yang berbeda dan tak mungkin bersama orang yang sama juga. Aku sangat
menghargai setiap detiknya. Aku sayang kalian,...
Aku memiliki sahabat yang baik dan
selalu berada dalam suka duka. Tapi, anehnya mereka tidak mengikuti gayaku, aku
adalah wanita yang mengenakan jilbab kemanapun kakiku akan diayun. Setiap aku
tegur untuk mengingatkan mereka agar segera berhijab, namun mereka selalu
bilang “ aku belum siap, aku belum siap menghijabkan hatiku, apalagi tubuhku “.
Kata-kata itu yang selalu keluar dari mulutnya. Usahaku tidak akan pernah
berhenti, aku senantiasa menyindir dengan lembut dan menansihati temanku yang
hanya berjumlah empat orang itu. Hari yang ditunggu-tunggu tiba, perpisahan
sekolah. Kini aku tak lagi mengenakan seragam putih abu-abu, tetapi aku
mengenakan kemeja dan rok yang tidak membungkus tubuhku. Semakin tinggi status
sosialku, semakin aku tingkatkan pula keimanan dan berusaha selalu mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Allah selalu ada dipihakku, kini aku bisa merasakan
bagaimana rasanya kuliah dibidang pertambangan. Pasti semua orang tidak
menyangka kalau kegiatan yang aku geluti sangat menantang. Mungkin, semua orang
bilang, hal itu mustahil untuk aku wanita berhijab. Karena, menurutku hijab
bukan halangan bagi aktivitas apapun selagi masih dalam jalan Allah. Jika aku
lihat lagi foto perpisahan SMA, ternyata aku sendiri yang mengenakan
selembarkain yang menutupi rambutku dengan rapi. Rasanya sedih sekali jika aku
ingat-ingat canda dan tawanya. Kami berpisah setelah hari itu. Dan hingga kini
aku tak dapat menjumpai mereka. Semoga saja jika kita di pertemukan kembali
oleh Allah mereka sudah berhijab, jadi galeri fotoku berubah. Amin....
Ya Allah cobaan demi cobaan aku lalui,
namun cobaan ini aku tak sanggup untuk menerimanya. Ampuni aku Ya Rab, jika
selama ini aku merasa wanita yang paling suci dan mulia. Aku kalap dengan
hijabku, selalu merendahkan orang lain
yang tidak berhijab. Kini aku telah terbaring disebuah ruangan yang
menegerikan, banyak sekali alat-alat yang menempel ditubuhku. Tubuhku telah
terpegang oleh dokter-dokter pria yang merawatku, rambut ikalku tergerai
disana-sini, mereka bisa menikmati pandangan kearah tubuhku. Aku ucap asmaMu Ya
Allah, angkatlah penyakitku ini. aku ingin bisa melihat sahabatku mengenakan
jilbab dan berfoto bersama. Beri aku kesempatan satu kali saja. Semakin lama,
selang itu tidak lagi bersarang dihidungku tetapi juga dimulutku. Aku sakarang
diambang kematian. Aku ingin menjerit agar mereka menutupi auratku yang terumbar.
Allah mau mendengarkan do’aku dan do’a mereka yang diluar, setelah aku koma selama
dua hari aku kembali hidup.
Setelah beberapa bulan dari kematian
singkatku, aku kembali melakukan aktivitas, kuliah sebagai mana biasanya. Dari
kejadian yang mengerikan itu, kini aku semakin cinta pada Allah. Terimakasih,
sudah memberikan aku kesempatan yang sangat luar biasa ini. tak terasa bulan
demi bulan telah aku lalui kini aku berhasil menyelesaikan studyku selama empat
tahun itu. Hasil rontgen kemarin, dokter sudah memvonis kalau penyakitku sudah
tidak melekat lagi pada tubuh mungilku. Waktu aku sakit ibu memiliki nazar
untuk menikahkan aku dengan pria pilihan ibu, yang baru lulus dari universitas
di Kairo Mesir. Aku juga belum tahu bagaimana tabiat lelaki itu, tetapi menurut
cerita ibu sepertinya lelaki itu sangat baik dan soleh. Hingga pada suatu hari
keluarga pria pilihan ibu datang kerumah untuk meminangku,pada saat itu aku
masih di Freeport Papua. Sekembalinya aku dari Papua, ibu memberikan cincin dan
perhiasan lainnya. Kata ibu, tanggal pernikahan tidak jauh dari bulan ini.
Sempat terkejut karena dengan berita ini. tapi, sudahlah aku tidak bisa menolak
permintaan orang tuaku. Karena rasa penasaranku, akupun mencari tahu siapa
sebenarnya laki-laki itu?. Selidik demi selidik akhirnya aku mengetahui nama
lelaki itu, Ia bernama Fadhel Muhammad, keturunan Indo-Arab. Kalau dilihat dari
fisiknya, menurutku cocok dengan kriteria pria idamanku.
Hari ini ada reunian bersama teman-teman
satu SMA dulu. Semoga saja bisa bertemu Billa, Sintha, Ria dan Endah, ucapku
dalam hati. Benar saja, mereka berempat datang, kami saling tukar pengalaman
mereka belum lulus kuliah karena Prodinya yang berbeda. Tetapi, rindu yang
telah lama menyelimuti benakku dapat terbalaskan. Kami berpelukan dan menangis
bersama. Mereka banyak mengomentari diriku, dan mereka meminta ma’af padaku
ketika aku jatuh sakit lima tahun yang lalu, tidak bisa menjengukku di rumah
sakit. Tetapi hal yang membuat aku kecewa dari mereka adalah belum berhijab,
mereka belum berhijab. Akupun tak lupa untuk mengajaknya berhijab, namun sayang
jawabannya masih sama seperti kami SMA dulu. Mungkin Allah belum membukakan
pintu hatinya. Dalam pertemuan ini aku banyak berpesan padanya, berpesan yang
menurut mereka aneh, dan tak biasa aku sebutkan. Dalam kesempatan ini aku tak
lupa pula mengundang mereka untuk menghadiri pesta pernikahanku yang dalam
hitungan bulan. Mereka mengejekku karena aku yang tak pernah jatuh cinta
tiba-tiba akan menikah. Lucu sekali. J .
Satu minggu sebelum pesta pernikahanku,
aku kirimkan surat kabar kepada mereka, dalam surat itu aku berkata:
“ dear my best friend”
Semoga masih dalam lindungan Allah SWT.
Amin..
Untuk kailian berempat sahabat setiaku,
yang semoga di berkati Allah, datang ya, kepesta Pernikahanku dan mas Fadhel
Muhammad pada tanggal 14 juni besok, sisihkan waktu mu untuk menyaksikan aku
memakai gaun putih yang dihiasi berlian, duduk dipelaminan berdampingan bersama
suami tercintaku. Jadikan ini moment yang tak bisa dilupakan oleh kita. Karena
aku bahagia disisinya dan kau juga harus bahagia. Ciciplah kebahagiaanku. Satu
lagi, sahabat, aku ingin melihat kalian mengenakan jilbab ketika kita berfoto
bersama, jangan lupa ya! HIJAB. Emh.. udah dulu ya, aku cukupkan suratku sampai
disini aku tunggu kedatangan kalian untuk meliahatku bahagia.
Senandung Rindu
Aku dan ibu sibuk memilih gaun yang
indah untuk pernikahan nanti, aku mau nuansanya serba putih, karena menurutku
putih itu suci. Setelah menyewa sebuah gedung dan menghiasi ruangan yang sangat
lebar dimana akan dilaksanakan akad nikah besok. Hatiku terus bergetar
menyambut hari itu. Setelah semuanya tertata rapi dan indah, aku dan saudaraku
melihat setting yang penuh kebahagiaan besok. Ternyata sungguh luar biasa. Aku
membayangkan, duduk di kursi bak raja dan ratu. Nuansa islami dan musik islami
terus mendengung membuatku kehilangan kesadaran dan terjatuh pingsan. Saudaraku
Ifah sangat terkejut, ketika akau siuman orang banyak mengerumuniku. Kepalaku
terasa berat, nafasku terasa sesak, dan dadaku sakit. Tapi, hal itu tidak
dihiraukan olehku begitu pula orang disekelilingku. Mungkin aku sangat bahagia,
sehingga menjadikan aku jatuh pingsan seperti ini. malam hari menyambut esok,
aku berzikir pada Allah, kupanjatkan do’a dan permohonanku kepada Allah, aku
serahkan semua kepada Allah. Sampai ibu menegurku, supaya lekas tidur namun
pada malam itu aku tidak bisa tidur dengan nyenyak. Akhirnya aku putuskan lagi
untuk solat tahajud dan berdo’a. Keesokan paginya, tubuhku mengenakan gaun yang
begitu indah, baru kali ini aku mengenakannya. Tersenyum di depan cermin,
memuji diriku yang terlihat seperti bidadari. Aku turun dari anak tangga
dituntun oleh Ifah dan Nisah, kedua saudraku yang kuanggap seperti adik
kandungku sendiri. Ternyata benar calon suamiku sudah menungguku sejak tadi,
subhanallah orang-orang menyeru ketika melihatku. Alhamdulillah ucapku dalam
hati, mas Fadhel yang sedari tadi memandangku tak berhenti tersenyum. Ya Allah
ternyata suamiku begitu tampan dan berwibawa. Semoga aku bisa menjadi istri
yang soleha yang bisa menyayangi suamiku dan anak-anakku kelak. Dan hidup
bersama hingga akhir hayat. Begitulah do’aku sembari menuruni anak tangga yang
hanya satu hentakkan lagi. Ketika aku duduk di sebelah calon suamiku dan
kamipun melaksanakan akad nikah, sahabatku datang mengenakan jilbab dan rapi,
mereka terlihat cantik-cantik. Aku terpesona melihatnya. Setelah saksi berseru
SAH, kami sekalian memanjatkan do’a, setelah itu mas Fadhel memasangkan cincin
kejariku, begitu pula aku, ketika kami berpelukan. Terasa sangat nyaman
seperrti di peluk oleh Tuhan, aku memejamkan mata menikmati hentakan jantung
yang berdegup. Lama kelamaan ada seorang yang tak tahu siapa mengajakku pergi
karena Allah ingin bertemu denganku, dengan senyuman aku pergi meninggalakan
orang yang sedang bersorak bahagia. Setelah beberapa lama mas fadhel
memanggilku. Aku sudah pergi mas, jawabku. Sontak teriakan tangis berderu dari
semua orang yang hadir. Saat itu aku langsung dilarikan kerumah sakit dan
langsung mendapat perawatan khusus dari dokter. Suamiku pontang panting sibuk
dan sedih.
“ ayo dok, selamatkan isteri saya, saya
akan memberikan apa saja, asal dokter menyelamatkan isteri saya, dokter boleh
mengambil semua perusahaan saya. !. tolong dok... mas Fadhel duduk lesu dan
tidak sadarkan diri.
Setelah dokter keluar dari ruangan ICU,
dan berkata kepada suami, orang tuaku dan semua orang. Bahwa aku telah damai
disisi Allah. Ternyata penyakitku kambuh ketika aku bekerja di Freevot, aku
mengalami kebocoran paru-paru dan gagal jantung. Pasti semuanya sedih terlebih
suamiku yang hanya bisa menikmati dekapanku beberapa menit. Semua menangis,
semua menjerit begitu pula dengan sahabatku. Aku sekarang lega, meninggalkan
mereka dan tidak dituntut oleh tuhan, karena sahabatku telah berhijab. Aku
pergi dulu semuanya, kalian adalah orang yang aku sayangi dan aku cintai. Terus
do’akan aku supaya kita bertemu di surga nanti dan hidup bahagia kembali. Mas fadhel
semoga kita bahagia di surga kelak, ma’afkan aku, aku tidak bisa menemanimu,
menikahlah lagi, cari wanita yang lebih baik dariku. Saat itu pula sahabatku
bersumpah akan berhijab selamanya, hingga meninggal bersama hijabnya.
Terimakasih Ya Allah dengan jalan ini aku bisa membuat mereka berhijab. Dalam
situasi yang sangat mengharukan mas Fadhel masih sempat berjanji di hadapanku,
bahwa ia tak mau menikah lagi, kebahagiaan itu abadi bersamaku. Terimakasih
Fadhel Muhammad aku sungguh mencintaimu. Dalam kebahagiaan yang berujung
keharuan ini aku ukir kisah dalam sebuah mimpi. Amin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar