Minggu, 04 Mei 2014

Harapan dan Duka


Aku pergi setelah kau berhijab
Berawal dari masa-masa SMA. Dulu aku duduk di bangku kelas 12 IPA, teman-teman sering memanggilku Cinta, padahal nama asliku adalah Senandung Rindu. Aku juga masih bingung kenapa orang tuaku memberi nama yang sedikit misterius. Setiap kisah yang aku alami selalu mengukirnya di atas kertas yang putih. Aku selalu menikmati desiran waktu yang semakin singkat. Mungkin keindahan ini tak akan terulang di waktu yang berbeda, di tempat yang berbeda dan tak mungkin bersama orang yang sama juga. Aku sangat menghargai setiap detiknya. Aku sayang kalian,...

Aku memiliki sahabat yang baik dan selalu berada dalam suka duka. Tapi, anehnya mereka tidak mengikuti gayaku, aku adalah wanita yang mengenakan jilbab kemanapun kakiku akan diayun. Setiap aku tegur untuk mengingatkan mereka agar segera berhijab, namun mereka selalu bilang “ aku belum siap, aku belum siap menghijabkan hatiku, apalagi tubuhku “. Kata-kata itu yang selalu keluar dari mulutnya. Usahaku tidak akan pernah berhenti, aku senantiasa menyindir dengan lembut dan menansihati temanku yang hanya berjumlah empat orang itu. Hari yang ditunggu-tunggu tiba, perpisahan sekolah. Kini aku tak lagi mengenakan seragam putih abu-abu, tetapi aku mengenakan kemeja dan rok yang tidak membungkus tubuhku. Semakin tinggi status sosialku, semakin aku tingkatkan pula keimanan dan berusaha selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Allah selalu ada dipihakku, kini aku bisa merasakan bagaimana rasanya kuliah dibidang pertambangan. Pasti semua orang tidak menyangka kalau kegiatan yang aku geluti sangat menantang. Mungkin, semua orang bilang, hal itu mustahil untuk aku wanita berhijab. Karena, menurutku hijab bukan halangan bagi aktivitas apapun selagi masih dalam jalan Allah. Jika aku lihat lagi foto perpisahan SMA, ternyata aku sendiri yang mengenakan selembarkain yang menutupi rambutku dengan rapi. Rasanya sedih sekali jika aku ingat-ingat canda dan tawanya. Kami berpisah setelah hari itu. Dan hingga kini aku tak dapat menjumpai mereka. Semoga saja jika kita di pertemukan kembali oleh Allah mereka sudah berhijab, jadi galeri fotoku berubah. Amin....
Ya Allah cobaan demi cobaan aku lalui, namun cobaan ini aku tak sanggup untuk menerimanya. Ampuni aku Ya Rab, jika selama ini aku merasa wanita yang paling suci dan mulia. Aku kalap dengan hijabku, selalu  merendahkan orang lain yang tidak berhijab. Kini aku telah terbaring disebuah ruangan yang menegerikan, banyak sekali alat-alat yang menempel ditubuhku. Tubuhku telah terpegang oleh dokter-dokter pria yang merawatku, rambut ikalku tergerai disana-sini, mereka bisa menikmati pandangan kearah tubuhku. Aku ucap asmaMu Ya Allah, angkatlah penyakitku ini. aku ingin bisa melihat sahabatku mengenakan jilbab dan berfoto bersama. Beri aku kesempatan satu kali saja. Semakin lama, selang itu tidak lagi bersarang dihidungku tetapi juga dimulutku. Aku sakarang diambang kematian. Aku ingin menjerit agar mereka menutupi auratku yang terumbar. Allah mau mendengarkan do’aku dan do’a mereka yang diluar, setelah aku koma selama dua hari aku kembali hidup.
Setelah beberapa bulan dari kematian singkatku, aku kembali melakukan aktivitas, kuliah sebagai mana biasanya. Dari kejadian yang mengerikan itu, kini aku semakin cinta pada Allah. Terimakasih, sudah memberikan aku kesempatan yang sangat luar biasa ini. tak terasa bulan demi bulan telah aku lalui kini aku berhasil menyelesaikan studyku selama empat tahun itu. Hasil rontgen kemarin, dokter sudah memvonis kalau penyakitku sudah tidak melekat lagi pada tubuh mungilku. Waktu aku sakit ibu memiliki nazar untuk menikahkan aku dengan pria pilihan ibu, yang baru lulus dari universitas di Kairo Mesir. Aku juga belum tahu bagaimana tabiat lelaki itu, tetapi menurut cerita ibu sepertinya lelaki itu sangat baik dan soleh. Hingga pada suatu hari keluarga pria pilihan ibu datang kerumah untuk meminangku,pada saat itu aku masih di Freeport Papua. Sekembalinya aku dari Papua, ibu memberikan cincin dan perhiasan lainnya. Kata ibu, tanggal pernikahan tidak jauh dari bulan ini. Sempat terkejut karena dengan berita ini. tapi, sudahlah aku tidak bisa menolak permintaan orang tuaku. Karena rasa penasaranku, akupun mencari tahu siapa sebenarnya laki-laki itu?. Selidik demi selidik akhirnya aku mengetahui nama lelaki itu, Ia bernama Fadhel Muhammad, keturunan Indo-Arab. Kalau dilihat dari fisiknya, menurutku cocok dengan kriteria pria idamanku.
Hari ini ada reunian bersama teman-teman satu SMA dulu. Semoga saja bisa bertemu Billa, Sintha, Ria dan Endah, ucapku dalam hati. Benar saja, mereka berempat datang, kami saling tukar pengalaman mereka belum lulus kuliah karena Prodinya yang berbeda. Tetapi, rindu yang telah lama menyelimuti benakku dapat terbalaskan. Kami berpelukan dan menangis bersama. Mereka banyak mengomentari diriku, dan mereka meminta ma’af padaku ketika aku jatuh sakit lima tahun yang lalu, tidak bisa menjengukku di rumah sakit. Tetapi hal yang membuat aku kecewa dari mereka adalah belum berhijab, mereka belum berhijab. Akupun tak lupa untuk mengajaknya berhijab, namun sayang jawabannya masih sama seperti kami SMA dulu. Mungkin Allah belum membukakan pintu hatinya. Dalam pertemuan ini aku banyak berpesan padanya, berpesan yang menurut mereka aneh, dan tak biasa aku sebutkan. Dalam kesempatan ini aku tak lupa pula mengundang mereka untuk menghadiri pesta pernikahanku yang dalam hitungan bulan. Mereka mengejekku karena aku yang tak pernah jatuh cinta tiba-tiba akan menikah. Lucu sekali. J .
Satu minggu sebelum pesta pernikahanku, aku kirimkan surat kabar kepada mereka, dalam surat itu aku berkata:
“ dear my best friend”
Semoga masih dalam lindungan Allah SWT. Amin..
Untuk kailian berempat sahabat setiaku, yang semoga di berkati Allah, datang ya, kepesta Pernikahanku dan mas Fadhel Muhammad pada tanggal 14 juni besok, sisihkan waktu mu untuk menyaksikan aku memakai gaun putih yang dihiasi berlian, duduk dipelaminan berdampingan bersama suami tercintaku. Jadikan ini moment yang tak bisa dilupakan oleh kita. Karena aku bahagia disisinya dan kau juga harus bahagia. Ciciplah kebahagiaanku. Satu lagi, sahabat, aku ingin melihat kalian mengenakan jilbab ketika kita berfoto bersama, jangan lupa ya! HIJAB. Emh.. udah dulu ya, aku cukupkan suratku sampai disini aku tunggu kedatangan kalian untuk meliahatku bahagia.
Senandung Rindu
Aku dan ibu sibuk memilih gaun yang indah untuk pernikahan nanti, aku mau nuansanya serba putih, karena menurutku putih itu suci. Setelah menyewa sebuah gedung dan menghiasi ruangan yang sangat lebar dimana akan dilaksanakan akad nikah besok. Hatiku terus bergetar menyambut hari itu. Setelah semuanya tertata rapi dan indah, aku dan saudaraku melihat setting yang penuh kebahagiaan besok. Ternyata sungguh luar biasa. Aku membayangkan, duduk di kursi bak raja dan ratu. Nuansa islami dan musik islami terus mendengung membuatku kehilangan kesadaran dan terjatuh pingsan. Saudaraku Ifah sangat terkejut, ketika akau siuman orang banyak mengerumuniku. Kepalaku terasa berat, nafasku terasa sesak, dan dadaku sakit. Tapi, hal itu tidak dihiraukan olehku begitu pula orang disekelilingku. Mungkin aku sangat bahagia, sehingga menjadikan aku jatuh pingsan seperti ini. malam hari menyambut esok, aku berzikir pada Allah, kupanjatkan do’a dan permohonanku kepada Allah, aku serahkan semua kepada Allah. Sampai ibu menegurku, supaya lekas tidur namun pada malam itu aku tidak bisa tidur dengan nyenyak. Akhirnya aku putuskan lagi untuk solat tahajud dan berdo’a. Keesokan paginya, tubuhku mengenakan gaun yang begitu indah, baru kali ini aku mengenakannya. Tersenyum di depan cermin, memuji diriku yang terlihat seperti bidadari. Aku turun dari anak tangga dituntun oleh Ifah dan Nisah, kedua saudraku yang kuanggap seperti adik kandungku sendiri. Ternyata benar calon suamiku sudah menungguku sejak tadi, subhanallah orang-orang menyeru ketika melihatku. Alhamdulillah ucapku dalam hati, mas Fadhel yang sedari tadi memandangku tak berhenti tersenyum. Ya Allah ternyata suamiku begitu tampan dan berwibawa. Semoga aku bisa menjadi istri yang soleha yang bisa menyayangi suamiku dan anak-anakku kelak. Dan hidup bersama hingga akhir hayat. Begitulah do’aku sembari menuruni anak tangga yang hanya satu hentakkan lagi. Ketika aku duduk di sebelah calon suamiku dan kamipun melaksanakan akad nikah, sahabatku datang mengenakan jilbab dan rapi, mereka terlihat cantik-cantik. Aku terpesona melihatnya. Setelah saksi berseru SAH, kami sekalian memanjatkan do’a, setelah itu mas Fadhel memasangkan cincin kejariku, begitu pula aku, ketika kami berpelukan. Terasa sangat nyaman seperrti di peluk oleh Tuhan, aku memejamkan mata menikmati hentakan jantung yang berdegup. Lama kelamaan ada seorang yang tak tahu siapa mengajakku pergi karena Allah ingin bertemu denganku, dengan senyuman aku pergi meninggalakan orang yang sedang bersorak bahagia. Setelah beberapa lama mas fadhel memanggilku. Aku sudah pergi mas, jawabku. Sontak teriakan tangis berderu dari semua orang yang hadir. Saat itu aku langsung dilarikan kerumah sakit dan langsung mendapat perawatan khusus dari dokter. Suamiku pontang panting sibuk dan sedih.
“ ayo dok, selamatkan isteri saya, saya akan memberikan apa saja, asal dokter menyelamatkan isteri saya, dokter boleh mengambil semua perusahaan saya. !. tolong dok... mas Fadhel duduk lesu dan tidak sadarkan diri.
Setelah dokter keluar dari ruangan ICU, dan berkata kepada suami, orang tuaku dan semua orang. Bahwa aku telah damai disisi Allah. Ternyata penyakitku kambuh ketika aku bekerja di Freevot, aku mengalami kebocoran paru-paru dan gagal jantung. Pasti semuanya sedih terlebih suamiku yang hanya bisa menikmati dekapanku beberapa menit. Semua menangis, semua menjerit begitu pula dengan sahabatku. Aku sekarang lega, meninggalkan mereka dan tidak dituntut oleh tuhan, karena sahabatku telah berhijab. Aku pergi dulu semuanya, kalian adalah orang yang aku sayangi dan aku cintai. Terus do’akan aku supaya kita bertemu di surga nanti dan hidup bahagia kembali. Mas fadhel semoga kita bahagia di surga kelak, ma’afkan aku, aku tidak bisa menemanimu, menikahlah lagi, cari wanita yang lebih baik dariku. Saat itu pula sahabatku bersumpah akan berhijab selamanya, hingga meninggal bersama hijabnya. Terimakasih Ya Allah dengan jalan ini aku bisa membuat mereka berhijab. Dalam situasi yang sangat mengharukan mas Fadhel masih sempat berjanji di hadapanku, bahwa ia tak mau menikah lagi, kebahagiaan itu abadi bersamaku. Terimakasih Fadhel Muhammad aku sungguh mencintaimu. Dalam kebahagiaan yang berujung keharuan ini aku ukir kisah dalam sebuah mimpi. Amin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar