Kamis, 09 Januari 2014

Surat Cinta Untuk Presiden


Surat Cinta Untuk Presiden
            Walaupun masih duduk di bangku sekolah menengah atas, sudah banyak melahirkan tulisan-tulisan yang di muat di koran dan majalah setempat. Hingga pada suatu saat ia memberanikan diri untuk mengirimkan sepucuk surat kepada kepala negara, dengan kata-kata yang sederhana namun penuh makna. Sebut saja Nina, gadis asal pedalaman yang mengenyam pendidikan di pusat pemerintahan daerah tempat tinggalnya. Gadis yang kini berusia 16 tahun, merupakan anak yang cerdas dan bersahabat. Dengan rambut ikalnya ia bergerak aktif dan tampil menarik.
Gadis manis dengan sedikit lesung pipit ketika tersenyum memiliki perasaan yang sangat dalam, mudah tersinggung, mudah tersentuh jika sudah demikian pasti ia menangis. Suatu ketika, ia sedang duduk di sebuah bangku di ruang kelas, sebut saja ruang Kesenian, ketika melihat teman-temannya memegang sebuah foto yang berbingkai plastik berwarna hitam dengan sentuhan kuning emas. Beranjak mendekati, dan ingin mengetahui apa yang sedang mereka kerjakan.
“ hei, kawan... apa yang kalian lihat, foto siapa itu? Bertanya pada salah satu temannya.
“ oh ini, foto presiden kita, SBY?, jawab salah seorang kawannya.
“ fotonya kok di bawah. Biasanya di tempel di atas.” Sambil menunjuk ke atas papan tulis.
 Ternyata ada yang menurunkan foto itu, kalaupun di tanaya tetap saja tidak ada yang mau mengaku. Nina pun membersihkan permukaan foto, menggunakan kedua tangannya tanpa selembar kain atau tisu. Ternyata mereka tidak menghiraukan lagi sesosok presiden. Karena sebentar lagi akan di ganti dengan presiden yang baru. Bel pun berbunyi tanda kelas berakhir, para siswa berhamburan pulang kerumah masing-masing. Setibanya di rumah, Nina segera membuka TV dan mencari acara yang bagus sambil menunggu jam tayang film kesukaannya mulai. Tanpa sengaja ia melihat berita yang berhubungan tentang kisruh para petinggi negara gara-gara korupsi. Karena Nina anak yang perasa, ia mulai memikirkan lagi kejadian di sekolah tadi siang.
“ Kasihan sekali Tuhan, banyak skandal yang menimpa negara tercintaku di mana aku dilahirkan oleh ibu, dibesarkannya dan kini aku ingin mengabdi pada tanah air.” bagai mana kalau ada yang berbicara kalau kepala negara gagal dalam memerintah, dan banyak tudingan-tudingan lainnya yang negatif.” Semoga beliau kuat dan tegar. Amin.
Lamunannya kini di tutup dengan AMIN. Akhirnya ia memiliki gagasan yang terlintas di kepalanya. Bagaimana kalau, aku mengirim sepucuk surat penghibur hati kepada bapak kepala negara. Kadang gagasan itu menjadi bayang-bayang, apa tidak berlebihan. Sempat terpikirkan hal yang tidak mungkin, ia lakukan. Karena menurutnya tidak mungkin surut itu sampai kepada seseorang yang di tuju. Namun lama-kelamaan Nina menulis juga surat itu, dengan tangan yang gemetar mulai menulis kata demi kata, sambil memilih kata-kata yang baik dan enak di baca. Surat yang di bungkus amplop warna putih dan ditulis mengunakan tangan sendiri di atas kertas berwarna merah jambu. Di luar surat itu di tulis “ SURAT CINTA UNTUK PRESIDENKU “. Tanpa ragu ia pun menuju kantor pos, setelah mencari alamat istana negara melalui layanan internet. Dalam surat itu.....
Untuk Presidenku
Semoga bapak dalam keadaan sehat dan sentausa dalam lindungan Tuhan yang maha esa, amin...
Surat yang kali ini akan bapak baca, berbeda dengan surat-surat yang lainnya. Saya hanya seorang siswi yang duduk di sekolah menengah atas. Surat ini saya tujukan khusus untuk bapak. Dalam surat ini saya ingin menyampaikan apa yang ada didalam hati saya. Semoga bapak sudi membacanya.
“ walaupun dalam kepemimpinan bapak banyak skandal kasus korupsi dan kriminal yang lainnya, bapak tetap orang yang hebat karena masih berdiri tegar di tengah-tengah lautan ocehan orang yang tidak mempunyai hati nurani. Masih ada di ujung pandang bapak sebuah cahaya yang lebih terang dan membuat bapak tersenyum yaitu sebungkus kasih dan sayang orang-orang yang bapak sayangi. Jangan pernah berfikir semua orang tidak menyukai bapak, di sini saya, ada di barisan bapak yang sedia memberikan suara untuk kebaikan bapak dan bangsa.  Saya sangat prihatin dengan apa yang mereka perbuat pada bapak, walaupun bapak tidak mengetahuinya. Tenang pak, saya akan mejadi mata bapak yang selalu mengintai orang-orang yang masih bersama bapak. Orang yang mencintai dan menghargai bapak. Suatu ketika saya lihat foto bapak, melihat raut wajah yang mulai lanjut, namun senyum bapak sangat menyentuh hati saya, kelopak mata bapak yang sembab, yang mungkin banyak bergadang untuk memikirkan permasalahan yang ada, dan mencari sejuta solusinya. Orang-orang yang tidak jeli hanya mengangapnya seringan mungkin dan memandang sebelah mata saja. Kini kepemimpinan bapak untuk menuntun bangsa ini sudah dapat di hitung dengan sepuluh jari, semakin memanas saja gosip di luaran sana, tenang pak, bapak masih dalam lindungan Tuhan yang maha kuasa dan masih di beri ketabahan. Biarlah orang diluar sana, jangan pernah hiraukan. Saya pribadi akan mengenang semua kebaikan dan pengabdian bapak yang dijalankan selama dua periode, saya tidak akan mengingat apa saja keburukan selama bapak menjabat. Saya sudah pernah bertemu dan mencium tangan bapak, dalam sebuah ajang pramuka nasional, walaupun hanya satu kali. Rasanya saya merindukan moment itu dan ingin kembali berjumpa dengan bapak dalam keadaan yang lebih sehat dan ceria. Amin..............
Semoga Tuhan bersama kita semua, demikian pak, surat cinta dari dalam hati saya yang paling dalam. Mohon ma’af bila tidak sopan dan mengganggu aktivitas bapak. Saya ucapkan beribu kali maaf atas kekeliruan saya. Tetap semangat dan tebarkan senyum bapak yang menawan agar rakyat juga ikut tersenyum dengan indah.
Salam cinta dari anak bangsa
Nina Apriliana.
Akhirnya Nina mampu menyelesaikan suratnya untuk bapak presiden. Dan mencoba mengirimkannya lewat jasa POS, kini ia masih menunggu jawaban dari bapak kepala negara.
                                                                                                            Oleh : Puji Lestari Aji

Tidak ada komentar:

Posting Komentar