Jumat, 20 Desember 2013

KISAH DARI CATATAN HARIANKU ( karyaku dan Tuhan )


(Yang mengisahkan perjalan cita dan cinta seorang dara berdarah Medan dan Solo)
Tanggal 12 April 1998
            Sejak aku duduk di bangku TK, ayah dan ibuku bercerai karena ada suatu masalah. Sejak saat itulah aku tidak bisa merasakan kehangatan sang bunda lagi. Kini aku pun tegar menjalani hidup ini yang kadang sangat membuatku tersiksa, tetapi dengan do’a dan kegigihan akan aku jalani dengan tabah. Mungkin tuhan telah merencanakan suatu keajaiban di balik ini semua. Kini usia ku 10 tahun, ketika hari ulang tahun yang ke sepuluh, aku di kejutkan dengan hadiah yang luar biasa, datanglah seorang wanita yang sangat cantik dan lembut, menghampiriku, “ wanita itu seperti Peri yang hadir di mimpiku, 5 tahun yang lalu.” Ternyata ia adalah sang bunda yang selama ini aku rindukan. Aku sempat tak percaya ini semua, sebelum ayah menjelaskan kepadaku. Aku pun sangat bahagia, dan seakan-akan kebahagian itu tak dapat di beli dengan seluruh kekayaan dan seluruh hidupku. Akhirnya aku percaya terhadap keajaiban Tuhan yang begitu dahsyat dan kini keluargaku bersatu kembali. Sekarang aku dapat merasakan kasih sayang seorang bunda yang sekian lama aku rinduakan.
Dari masa-masa kecilku yang begitu mengharukan, kini rasanya aku telah mengenal dan memahami dia, yang selalu menebarkan kasih dan perhatiannya di dalam hari-hariku. Sang Dia telah membuat hati ku terus bergetar saat ia senyum dan menatapku, matanya yang sayup-sayup di terpa angin, bibirnya yang merah, dan hidungnya yang mancung yang membuat aku semakin deg-degan. Tuhan rasa apakah yang ada di dalam hati ini, sungguh aku tak tahu tuhan. Kenapa bibirku terus tersenyum setiap aku memikirkannya. Sepertinya aku mulai remaja. Dirli, itulah nama master Dia yang telah mengubah hidupku, dan cinta pertamaku. Sungguh aku suka itu. Tapi kebahagiaan itu tak berlangsung lama.
‘Della, dengarkan aku, aku mau bicara sama kamu’. Sembari menatap mataku
‘Ya aku akan mendengarkan semua yang akan kakak bicarakan sama aku’. (Menunduk )
Belum Dirli berbicara, yang akan di ungkapkannya, tiba-tiba air mata ini menetes dengan sendirinya.
“Kenapa kamu menangis Della, aku sayang sama kamu”!( Berdiri di hadapanku”)
“Sepertinya yang akan kakak bicarakan, adalah hal yang membuat hati Della sedih,”!( Terisak)
Dirli pun tertegun menatapku sembari menyeka air mata ku. Ia pun segera memelukku, dalam pelukannya dia berkata:
“Della ma’afkan aku, aku harus pergi meninggalkan mu, aku pergi untuk mengikuti orang tua ku yang akan pindah ke kota Surabaya, karena di sanalah ayah dan ibu ku bekerja. Jadi jaga dirimu ya,! Suatu saat aku pasti datang untukmu lagi, jangan lupakan aku.
Tiba-tiba mobil silver milik ayah Dirli pun sudah menghampiri kami,
“ayo sayang kita pergi, ini sudah siang kita belum beres-beres rumah di sana” seru ibu Yolanda,
“Ya mah, sebentar,,! Melirik terhadap Della yang terisak,” Della aku pergi dulu” dah,, ingat pesanku, aku berjanji aku akan menemuimu lagi”...
            Seketika dekapan hangat itu pergi di iringi kepedihan, hatiku tersayat melihat langkah kakinya menuju mobil yang akan membawanya pergi. Dalam hatiku hanya berkata, semoga kau selamat dan selalu berada dalam lindungan yang maha kuasa. Ditaman mawar ini akan menjadi kenangan pahit yang takkan pernah kulupakan, siapa lagi yang akan menemaniku memetik mawar dan bermain sepada, seperti waktu itu. Tak terasa aku terlarut dalam kesedihan yang begitu dalam, hingga aku tak dapat menangis lagi, air mata ku kering, kelopak mataku sembab,. Sepeda ungu ku menemani detak jantung, menuju pulang kerumah. Kamarku yang di penuhi oleh boneka kesayangan yang berwarna-warni, yang setia mendengar isi hatiku yang runtuh, rasanya hidup ini tak ada artinya lagi, rasa pahit yang melekat di lidah sehingga aku tak nafsu makan, melupakan cinta pertamaku yang hilang begitu saja, nomor telfonnya tidak aktif  twitter dan facebooknya yang terblockir, hal itu yang semakin membuat luka ini tak kunjung sembuh. Aku berusaha untuk mencari penggantinya, tetapi pintu hati ini telah tertutup hanya untuk Dirli. Apakah aku terlalu sayang dan mencintai sesosok lelaki tampan itu?...................
            Prestasi sekolah ku menurun, sering di marahi oleh ayah dan bunda, hanya rasa malas yang ada di fikiranku.  Berkat  dukungan teman-teman, support ayah dan bunda aku pun mulai merubah kehidupanku yang penuh luka. Hari-hari terus berganti, rasa pilu dan gundah ku telah hilang, prestasiku membaik bahkan jauh lebih baik dari sebelumnya, di sekolah aku di sayang oleh guru dan semua teman-teman ku. Telah banyak aku mengoleksi piala-piala dari olimpiade dan perlombaan yang aku ikuti. Hari kelulusan tiba, sekarang tubuhku bukan lagi terselimuti putih biru, melainkan putih abu-abu.
Tanggal 6 Juni 2004
            Hari senin mulai masuk sekolah, aku banyak mendapatkan teman baru, mereka ramah-ramah, baik, dan murah senyum. Aku senang hal ini, rasanya aku jadi ingin sekolah terus. Satu hari tak bertemu candanya serasa satu tahun kami tak bertemu. Di balik kebahagian mendapat teman baru, aku merasa sedih, karena harus  berpisah dengan teman-teman SMP ku. Jika melihat lagi album foto bersama teman SMP ku, rasa rindu itu muncul di benak dan terbayang masa-masa indah. Inilah Della Farida Nasution yang baru, yang bangkit dari kemilau cinta yang kandas, kini aku mulai buku-buku baru yang tertuliskan hal yang baik di dalamnya, aku pun tak ingin mengenal pria dan mencintainya. Cukup ku tinggalkan serpihan perih di SMP, dengan dukungan ayah dan bunda, aku terus berkarya dan mengembangkan bakat ku yang selama ini terpendam jauh. Tak terasa waktu liburan tengah semester tiba, aku di ajak untuk berlibur ke Solo, sekaligus mengunjungi Eyangku. Udara dan alam pedesaan yang sejuk jauh dari polusi, hamparan sawah yang membentang memenuhi mata memandang, sungguh panorama yang menyegarkan. Suasana pedesaan yang sangat jauh berbeda dengan udara di kota Jakarta di mana tempatku tinggal. Rasanya aku betah tinggal di Solo. Kulepaskan semua kepenatanku selama enam bulan aku belajar. Kududuk di sebuah kursi kayu jati  yang semakin halus ukirannya, kurenungi kejadian tadi. Mata ku terasa pedih di terpa angin senja yang menggebu. Bunda  pun mengajakku masuk kedalam rumah, tak lupa aku menceritakan kejadian tadi pada ayah dan bunda. Malam yang indah, kota Solo yang dingin menemani mimpiku di malam yang sahdu. Ayah berjanji bahwa besok pagi aku akan di ajak ke Bengawan Solo. Malam tak terasa, tidurku nyenyak dalam pelukan bunda. Wahai malaikat pagi engkau telah membangunkan ku dari lelap, dan segera ku tunaikan kewajibanku terhadap Tuhan sebagi umat muslim. Kami shalat subuh berjamaah di surau dekat rumah eyang. Dinginnya udara pagi menusuk hingga tulangku. Setelah salat berjamaah, bunda segera menyiapakan semua perbekalan yang akan dibawa ke Bengawan Solo. Kami pergi bersama, di perjalanan ku menghayal, betapa indahnya dikau Sungai. Beberapa jam diperjalanan akhirnya sampai juga di tempat tujuan aku turun pun dari mobil yang membuatku suntuk.
             Ketika tiba, desiran angin mulai membelaiku, aku begitu takjub melihat keindahan yang luar biasa, ku pandangi semua penjuru alam sekelilingnya, ini adalah pemandangan yang baru aku saksikan. Setelah kami puas bertamasya, ayah ku memutuskan untuk pulang ke rumah eyang, inilah terakhir hari liburku pada semester gazal. Setelah berpamit pada eyang kakung dan eyang putri, aku pun segera meluncur ke Jakarta. Malam  ini aku tidur di kamar ku lagi, rasanya nampak dingin karena tak di huni untuk beberapa hari yang lalu. Sepertinya ada yang berbeda di dalam kamarku? jam dinding ku tak berdetak lagi, tak bisa bergerak sama sekali, aku bergegas untuk membenahinya, ternyata baterainya terjatuh di lantai, setelah ku pasangkan lagi, jarum jam pun mulai berdetak. Kurebahkan lagi tubuh ku kekasur yang sangat empuk.
“selamat pagi Della, bangun sayang sudah siang nanti kamu terlambat kesekolah, ini adalah hari pertama masuk sekolah untuk semester genap”! Seru ibu ku sembari membuka selimut yang menyelubungi tubuhku yang putih.
“ ya bu,,, Della sudah bangun sejak tadi..? :D
            Setelah sarapan roti dan susu, aku berangkat ke sekolah bersama ayah yang kebetulan beliau hendak berangkat ke kantor. Sapaan hangat dari teman-teman membuat rasa gundah ku hilang.
“Della, kamu di panggil kekantor  tuh, oleh ibu Shireen,? Seru jessi pada ku.
“ ya,, nanti aku kesana,! Balasku dengan senyum ku yang khas.
            Tanpa basa-basi aku pun menuju ruangan wakil kepala sekolah Kurikulum sekolahku Ibu Anita Shireen Ayu. Dengan penuh hati-hati aku raba pintu dan mulai menggedornya.
 “asalamualaikum ibu, bolehkah Della masuk?
Tak lama ibu Shireen membukakan pintu ruangannya.
“ayo masuk nak, ! dengan sopan ibu wakil kepala sekolah mempersilahkan.
Aku pun duduk di hadapannya, hati ku berdegup-degup tak menentu.
“Della, ini ada undangan, perlombaan menulis puisi dan karangan sastra tingkat nasional, apakah Della bersedia untuk perwakilan dari SMA kita ini? tanya ibu shireen sambil menyodorkan amplop putih ke pada ku.
“ Insya allah ibu, Della mohon bimbingan dari guru bahasa indonesia. Jawabku yang tengah meneriama amplop itu.
            Aku pun mulai berlatih dengan serius dan konsentrasi, aku ingin hasil yang terbaik nantinya, setiap hari waktu jam less ku, di gantikan dengan belajar memahami teknik-teknik menulis puisi.Berikut adalah penggalan puisi karyaku yang di lombakan di tingkat nasional.
*Kapalku Siap Berlayar Mengarungi Samudera*
Saat cakrawala membentang
Saat deburan ombak beradu dengan kulit karang
Dan..
Bercumbu buliran pasir pantai
Kapalku bergerak seiring tujuh lembar layarnya merentang
Memburu angin..
Dan..
Mengukir kisahnya di tengah lautan
            Tanggal 30 April 2005 hari yang di tuggu-tunggu itu pun tiba, dengan  penuh percaya diri, membacakan puisi karyaku dengan ekspresi yang sesuai dengan tema,di hadapan dewan juri. Aku pulang membawa hasil yang sangat baik, inilah upah kerja keras ku. Bapak ibu guru pun turut bangga dan senang melihat keberhasilan ku mencatat nama baik sekolah  di tingkat nasional. Rasa syukur kupanjatkan pada yang maha kuasa. Sabtu depan ada olimpiade sains di SMA Ponorogo, Jawa Timur. Ibu Shireen lagi-lagi mempercayakan itu pada ku. Dengan dampingan guru bidang Sains ku, bersama-sama pergi ke Ponorogo, ternyata aku duduk di ruang 4 lantai 2. Sebelum ku isi soal olimpiade, aku berdo’a kepada Tuhan semoga dalam mengisi selalu di beri kemudahan. Treeeeett............. tret......trettt... waktu mengisi habis, alhamdulillah terisi semua olehku. Sambil nunggu pengumuman besok, aku mengunjungi beberapa objek wisata yang ada di Ponorogo, seperti melihat pertunjukkan tarian Reog Ponorogo, mengunjungi rumah makan sate ala Madura, dll.
Dari olimpiade ini aku banyak mendapatkan teman. Mereka mudah bergaul, tidak sombong, tapi tidak menutup kemungkinan kalau di antara mereka ada yang sombong dan tinggi hati. Ketika aku sedang mengunjungi Kebun Binatang, bertemu dengan salah satu teman , tetapi aku lupa namanya, padahal baru kemarin kami berkenalan.
“ hay Della,,, kamu ada di sini?. Sapanya pada ku.
“ hemm,, ya. Aku sedang melihat jerapah, kamu, sama siapa? Tanya ku.
“ sama papa ku, tuh.! Menunjuk ke arah seorang lelaki yang berpenampilan sangat rapi.
Kami pun bercakap-cakap, tentang olimpiade kemarin.
“ maaf aku lupa, nama kamu siapa dan utusan dari mana? Tersenyum malu
“ pasti kamu lupa, namaku Fadil, dari kota Makkasar. Jawabnya dengan enteng.
“ ma’af ya., Fadil. Kemarin aku  banyak berkenalan dengan teman yang lain, jadi mudah lupa.” Aku senyum kecil.
            Sedang asyik bercanda dengan fadil. Tiba-tiba pak Ardi memanggilku, dan mengajak untuk segera menuju ke SMA dimana aku olimpiade. Kami duduk di ruangan yang cukup ramai oleh peserta olimpiade dan guru pendamping yang sedang menunggu hasil pengumuman. Panitia pun menaiki mimbar yang sudah di sediakan dan membawa selembar kertas. Betapa terkejutnya ketika Ia memanggil namaku sebagai pemenang Olimpiade Sains 2009, tingkat Nasional. Piala dan piagam aku bawa dengan penuh rasa syukur. Lagi-lagi aku mengukir prestasi yang baik, setibanya di rumah, ibu dan ayah menyambutku dengan penuh kebanggaan. Tapi di balik kebahagiaan itu, ada hal yang membuatku akan lebih bahagia lagi. Ternyata ada seorang laki-laki sebaya dengan ayah duduk bersama di ruang keluarga.
“Della, ayo salaman nak, ini pak Sam, kawan ayah dulu, beliau adalah dosen di ITB,. Perintah ayahku,
“ hallo pak, apa kabar? Tanya ku sambil bersalaman.
“baik nak,! Jawabya ketika ia membalas ku untuk bersalaman
            Ternyata pak Sam ingin mengajak ku menciptakan penemuan baru, dalam bidang teknologi. Ia pun memberiku daftar nama yang akan mengikuti kegiatan itu yang berasal dari berbagi kota di Indonesia. Aku pun menyanggupi tantangan itu. Bulan Oktober setelah lebaran aku berangkat ke Bandung untuk menghadri kegiatan itu, di sana kami tidur di Asrama haji.
“hey Della, sini kita kumpul dulu, ini kelompok empat”. Seru Denni padaku
“ya, aku tadi mencari-cari kalian,!”... ujar ku berjalan mendekati mereka.
            Mata ku melirik memandangi teman kelompokku satu persatu, kami pun berkenalan dan memikirkan di mulai dari mana untuk  memecahkan penemuan tersebut. Ide-ide cemerlang mulai terungkap. Di dalam kegiatan ini memakan waktu hampir seminggu dari tanggal 7-14 Mei tahun 2005, kami membuat alat untuk mendeteksi banjir di daerah yang rawan banjir seperti kota Jakarta dan wilayah lainnya. Berkat do’a dan usaha yang sangat serius, hasil kami cukup membanggakan. Lagi-lagi kami mendapat pujian dari panitia penyelenggara, sungguh sesuatu yang sangat terhormat ketika aku mendapat mendali yang langsung di sematkan oleh Presiden Republik Indonesia. Setelah lulus SMA aku pun berencana kuliah di Columbia University. Tapi satu hal yang menghalangi niat muliaku. Ternyata eyang dan pihak keluarga ayah, tak menyetujui niatku, mereka menginginkan agar aku menikah dengan Mas Riski Suryo Diningrat.
            Aku yang mendengar keputusan eyang yang begitu lantang, seakan-akan mimpi ku raib seketika. Ternyata eyang tidak mengizinkan aku sekolah di luar negeri, kecewa yang sangat menusuk. Segera meninggalkan ruangan tamu dan menuju kamar . Aku menangis tersedu-sedu.
“ Sudah sayang, jangan  nangis ya! Eyang mu hanya bercanda. Bujuk ibu pada ku sambil membelai rambutku yang lurus.
“ ya bun, aku bersedia sekolah dimanapun, tapi yang buat Della sedih, eyang akan menjodohkan aku sama mas Riski.! Jawabku terbata-bata.
“mungkin eyang mu punya rencana yang lebih bagus,. Tambah bunda.
“ Della memiliki cita-cita yang luhur, di Indonesia belum ada Dokter spesialis jantung yang sangat ahli. Kasian bun, banyak orang Indonesia yang terserang penyakit jantung. Kalau saja aku menjadi salah satu dokter, alangkah mulianya aku.
“ iya, sayang. Tapi keputusan ayah mu tidak bisa di ubah lagi. Jelas ibuku.
            Aku pun meratapi nasib apa yang akan menimpa ku, suatu hari nanti, padahal cita-cita ku sangat tinggi dan menjadi tantangan hidupku yang akan datang. Sungguh hamabatan datang bertubi-tubi menghalangi tugas mulia ku. Aku hanya berpasrah kepada Tuhan, mungkin memang sudah takdir ku. Tapi aku harus optimis aku bisa jadi orang yang sukses seperti ayah dan bundaku.
            Lagi-lagi aku menangis, karena masalah perjodohan yang membuat ku kesal. Semenjak Mas Riski main ke rumahku dua hari yang lalu. Entah bagaimana caranya aku harus kuliah dan tidak menikah dengan mas Riski, tekad ku sudah bulat, dengan modal pengetahuan dan semua piagam, aku harus bisa masuk perguruan tinggi di Amerika. Ide-ide yang tidak karuan mulai muncul di dalam otakku. Dengan bantuan paman ku di Solo, aku mulai merekap apa saja yang  menjadi persyaratan untuk mengikuti tes masuk universitas impian ku itu. Hari ini tanggal 19 Agustus 2007, dua bulan setelah kelulusan , aku melarikan diri dari rumah, membawa semua uang tabunagan ku sejak SD, ku tinggalkan tanah air, lamabian tangan ku mengiringi kepergian ku. Air mata mengalir begitu deras, tanpa restu orang tua ku pergi. Mungkin mereka mengkhawatirkan dan mencari ke mana-mana. Akhirnya perjodohan itu di batalkan, dengan sengaja aku melanggar peraturan yang sudah menjadi tradisi keluarga ayah.Bunda ku bersedih dan berusaha bunuh diri, beliau juga mengalami depresi, kehilangan seorang anak, yang menjadi kebanggannya.
Tanggal 29 September 2007
            Dengan kecerdasan, aku pergunakan untuk mengikuti tes dan Alhamdulillah mendapat beasiswa di Columbia university. Untuk biaya makan dan keperluan lain aku memiliki profesi sebagai guru less matematika anak para pejabat negara USA. Ternyata bukan hal mudah untuk menjadikan seseorang yang mandiri, hidup kadang kekurangan di negeri orang. Tiada sanak saudara saat meminta bantuan. Dalam keheningan kadang aku berfikir tak sanggup lagi untuk hidup di AS dan panggilan lirih bundaku selalu menggugah hati ku untuk pulang ketanah air. Tapi sesekali aku melihat Surat Kerjaku dan motivasi yang ku tempel di almari pakaian, semangatku seolah-olah kembali dan keinginanku semakin kuat. Aku jalani kehidupanku yang pas-pasan dengan do’a dan tekad, kunikmati setiap hariku yang melelahkan. Banyak hal yang aku pelajari dari kehidupanku di AS, rasanya aku yang sekarang telah lahir kembali.
Tanggal 1 Januari 2008
            Semenjak SMP aku telah mengidap penyakit paru-paru basah. Setiap kali kambuh rasanya sungguh menyakitkan. Hatiku yang masih merasakan perihnya kecewa di saaat itu penyakitku mengusik hingga aku tak dapat kuliah dan beraktivitas seperti biasa, rasanya aku ingin Tuhan segera menyabut nyawaku. Karena aku sudah  tidak bisa menerima ujianNya, aku merasa Tuhan memberikan ketidak adilan yang kedua, setelah aku harus berjuang sebagai muhajidah yang berjihad di jalan Allah. Kini aku harus terbaring di rumah sakit dengan alat dokter yang mengerikan. Tangan ku ditusuk jarum yang mengalirkan cairan kedalam darah. Sahabat dan keluarga tidak mengetahui apa yang terjadi pada diriku. walaupun tanpa  kedatangan mereka yang mampu menghiburku dari kesedihan yang mengelabuhi hatiku. ‘Saat aku butuhkan dirimu namun engkau pergi jauh dan aku tidak bisa melihatmu, hanya bintang pemberian darimu yang menemani di sisiku’. Lagi-lagi tangan suster dan dokter yang terus menyentuh tubuhku, Gina pun tak datang menjenguk karena ada acara keluarga di Italia. Rasa sepi dan gundah membuatku semakin merasakan sakit, sepertinya penyakitku sudah menular ke tulang rusuk. Saat aku di infus yang kesekian kalinya, aku sempat tak sadarkan diri. Perjuangan ku untuk melawan penyakit ini butuh kesabaran dan semangat yang ekstra. Akhirnya kesabaran dan perjuangan berbuah manis setelah beberapa minggu aku terbaring tak berdaya di rumah sakit, kini aku bisa menghirup udara segar dan mendengarkan ayam berkokok di pagi hari. Kicauan burung gereja yang memebangunkan ku setiap pagi kini terdengar kembali. Embun pagi yang sejuk dan hembusan angin yang membuat aku terhanyut dalam khayalan indahnya saat-saat bersama Dirly. Aku lupa untuk mengenalkan seorang teman yang sangat baik, bernama Gina. Setiap aku meminta bantuannya, dia selalu siap tanpa ada hal yang dipikirkan lagi. Berkat motivasi dan nasehat Gina semangatku pulih dan kini aku siap untuk beraktivitas seperti orang sehat lainnya. Kini aku bisa menyelesaikan kuliah ku selama empat tahun. Rasa haru, bahagia, dan sedih karena disaat aku menerima sertifikat kelulusan tidak didampingi oleh ayah dan bunda.
Tanggal 3 Desember 2011
            Setelah empat tahun aku pergi meninggalkan kampung halaman tanpa selembar surat kabar. Kini aku menjadi seorang Dokter spesialis organ dalam, yang termasyur, aku pun memberanikan diri untuk pulang ke tanah air ku tecinta dan mengabdikan kemampuanku di tanah kelahiran ku sendiri. Aku telah mendapat tawaran di Rumah sakit Cipto Mangoen Koesumo Jakarta Pusat. Keinginan ku untuk pulang semakin kuat. Setelah tiga tahun ku tinggalkan Indonesia, rasanya ada yang berbeda, banyak budaya asing yang masuk dan masyarakat mulai mengenal sistem kerja modern. Ketika ku injakkan kaki ku ke halaman rumahku, hati ini sanagat damai, aku segera menuju kedalam rumah.
             Tiba-tiba bunda terbangun dari kursi rodanya dan sehat seketika setelah hampir satu tahun dia duduk di kursi yang membantunya jalan. Ibu pun memelukku, akhirnya ku dapat merasakan pelukan hangat sang ibu lagi,..
            Ayah pun segera memelukku, dengan air mata yang berlinangan setelah empat tahun aku menghilang, akhirnya aku bisa jadi anak yang sukses. Mungkin ayah dan bunda, sadar bahwa apa yang ku inginkan pasti akan ku capai. Setelah beberapa bulan di rumah, eyangku datang ke rumah. Eyang mengajak kami ke Solo, disana aku disidang di hadapan para keluargaku. Di sana aku bertemu dengan mas Riski, yang dulu hendak di jodohkan dengan ku.
“ Della, ngapasih dulu kamu nggak mau jadi istriku,? Tanya mas Riski pada ku (logat jawa tulen )
“ kalau sampean bener-bener tresno saya.  ngapa nggak sabar nunggu saya pulang,.! Jawabku
“ kamu adalah wanita yang paling berani, aku salut tenan lo!.. pujinya pada ku
            Kami pun lama berbincang-bincang. Setelah beberapa hari di Solo aku pun pulang ke Jakarta, aku mulai bekerja di rumah sakit. Aku sangat berterimakasih kepada ibu pertiwi yang masih menerima pengabdianku. Setelah beberapa hari merawat Oma Dian di rumah, aku di perkenalkan dengan seorang lelaki, tetapi belum tahu siapa dia, Oma selau menceritakannya pada ku dan selalu bicara dia adalah calon suamiku.
            Tiba-tiba seorang laki-laki yang tidak aku kenal memeluk dan sungkem di hadapan oma. Betapa terkejutnya aku ketika melihat seorang yang sedang sungkem di hadapan Oma yang kebetulan menatap ku.
“ Della... serunya !
“ kamu sudah kenal Dir, sama Della.? Tanya Oma kebingungan
  Oma dia adalah kekasih ku ketika di SMP, dulu waktu aku pergi ke Surabaya kami jarang berhubungan lagi,, dan Tuhan maha adil, Dia telah mempertemukan kami lagi... jelas Dirli pada omanya dengan tenang.
            Aku tertegun berdiri di samping Oma, Dirli pun berdiri dari sungkemnya dan memelukku. Aku hanyut dalam cinta ku yang hilang, dan kini kembali lagi, ku pejamkan mata ku. Ku hayati degup jantungya, yang begitu membawa kasih dan sayang. Oma yang menyaksikan itu, tersenyum gembira.. lama sekali dia memelukku, dan mencium keningku dan berkata.
“ aku akan menepati janjiku Della, aku akan menemuimu lagi, dan mencintaimu sepanjang hayat ku.. hanya kamu yang ada di hati ku”.
“ ya,  kak aku juga masih mencintai mu,,  jawabku dengan lembut.
            Cinta ku telah kembali, belah jiwa ku telah datang dan nafas ku bersatu lagi. Pak Alfian dan semua keluargan Dirli datang kerumah untuk meminang ku. Akhirnya orang tua ku menerima pinangan itu. Hari pernikahan itu jatuh pada tanggal 26 Mei 2013. Kami di persatukan kembali setelah menjadi orang-orang yang sukses.  meniti kehidupan baru, lembaran baru, cerita baru dan berhiaskan kasih sayang sampai kami menutup mata.
Terima kasih Tuhan, Ayah, Bunda dan semua keluarga serta sahabat, tanpamu aku bukan siapa-siapa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar