(Yang
mengisahkan perjalan cita dan cinta seorang dara berdarah Medan dan Solo)
Tanggal
12 April 1998
Sejak aku duduk di bangku TK, ayah
dan ibuku bercerai karena ada suatu masalah. Sejak saat itulah aku tidak bisa
merasakan kehangatan sang bunda lagi.
Kini
aku pun tegar menjalani hidup ini yang kadang sangat membuatku tersiksa, tetapi
dengan do’a dan kegigihan akan aku jalani dengan tabah. Mungkin tuhan telah
merencanakan suatu keajaiban di balik ini semua. Kini usia ku 10 tahun, ketika
hari ulang tahun yang ke sepuluh, aku di kejutkan dengan hadiah yang luar
biasa, datanglah seorang wanita yang sangat cantik dan lembut, menghampiriku, “
wanita itu seperti Peri yang hadir di mimpiku, 5 tahun yang lalu.” Ternyata ia
adalah sang bunda yang selama ini aku rindukan. Aku sempat tak percaya ini
semua, sebelum ayah menjelaskan kepadaku. Aku pun sangat bahagia, dan
seakan-akan kebahagian itu tak dapat di beli dengan seluruh kekayaan dan
seluruh hidupku. Akhirnya aku percaya terhadap keajaiban Tuhan yang begitu
dahsyat dan kini keluargaku bersatu kembali. Sekarang aku dapat merasakan kasih
sayang seorang bunda yang sekian lama aku rinduakan.
Dari
masa-masa kecilku yang begitu mengharukan, kini rasanya aku telah mengenal dan
memahami dia, yang selalu menebarkan kasih dan perhatiannya di dalam
hari-hariku. Sang Dia telah membuat hati ku terus bergetar saat ia senyum dan
menatapku, matanya yang sayup-sayup di terpa angin, bibirnya yang merah, dan
hidungnya yang mancung yang membuat aku semakin deg-degan. Tuhan rasa apakah
yang ada di dalam hati ini, sungguh aku tak tahu tuhan. Kenapa bibirku terus
tersenyum setiap aku memikirkannya. Sepertinya aku mulai remaja. Dirli, itulah
nama master Dia yang telah mengubah hidupku, dan cinta pertamaku. Sungguh aku
suka itu. Tapi kebahagiaan itu tak berlangsung lama.
‘Della,
dengarkan aku, aku mau bicara sama kamu’. Sembari menatap mataku
‘Ya
aku akan mendengarkan semua yang akan kakak bicarakan sama aku’. (Menunduk )
Belum
Dirli berbicara, yang akan di ungkapkannya, tiba-tiba air mata ini menetes
dengan sendirinya.
“Kenapa
kamu menangis Della, aku sayang sama kamu”!( Berdiri di hadapanku”)
“Sepertinya
yang akan kakak bicarakan, adalah hal yang membuat hati Della sedih,”!(
Terisak)
Dirli
pun tertegun menatapku sembari menyeka air mata ku. Ia pun segera memelukku,
dalam pelukannya dia berkata:
“Della
ma’afkan aku, aku harus pergi meninggalkan mu, aku pergi untuk mengikuti orang
tua ku yang akan pindah ke kota Surabaya, karena di sanalah ayah dan ibu ku
bekerja. Jadi jaga dirimu ya,! Suatu saat aku pasti datang untukmu lagi, jangan
lupakan aku.
Tiba-tiba
mobil silver milik ayah Dirli pun sudah menghampiri kami,
“ayo
sayang kita pergi, ini sudah siang kita belum beres-beres rumah di sana” seru
ibu Yolanda,
“Ya
mah, sebentar,,! Melirik terhadap Della yang terisak,” Della aku pergi dulu”
dah,, ingat pesanku, aku berjanji aku akan menemuimu lagi”...
Seketika dekapan hangat itu pergi di
iringi kepedihan, hatiku tersayat melihat langkah kakinya menuju mobil yang akan
membawanya pergi. Dalam hatiku hanya berkata, semoga kau selamat dan selalu
berada dalam lindungan yang maha kuasa. Ditaman mawar ini akan menjadi kenangan
pahit yang takkan pernah kulupakan, siapa lagi yang akan menemaniku memetik
mawar dan bermain sepada, seperti waktu itu. Tak terasa aku terlarut dalam
kesedihan yang begitu dalam, hingga aku tak dapat menangis lagi, air mata ku
kering, kelopak mataku sembab,. Sepeda ungu ku menemani detak jantung, menuju
pulang kerumah. Kamarku yang di penuhi oleh boneka kesayangan yang
berwarna-warni, yang setia mendengar isi hatiku yang runtuh, rasanya hidup ini
tak ada artinya lagi, rasa pahit yang melekat di lidah sehingga aku tak nafsu
makan, melupakan cinta pertamaku yang hilang begitu saja, nomor telfonnya tidak
aktif twitter dan facebooknya yang
terblockir, hal itu yang semakin membuat luka ini tak kunjung sembuh. Aku berusaha
untuk mencari penggantinya, tetapi pintu hati ini telah tertutup hanya untuk Dirli.
Apakah aku terlalu sayang dan mencintai sesosok lelaki tampan
itu?...................
Prestasi sekolah ku menurun, sering
di marahi oleh ayah dan bunda, hanya rasa malas yang ada di fikiranku. Berkat
dukungan teman-teman, support ayah dan bunda aku pun mulai merubah
kehidupanku yang penuh luka. Hari-hari terus berganti, rasa pilu dan gundah ku
telah hilang, prestasiku membaik bahkan jauh lebih baik dari sebelumnya, di
sekolah aku di sayang oleh guru dan semua teman-teman ku. Telah banyak aku
mengoleksi piala-piala dari olimpiade dan perlombaan yang aku ikuti. Hari
kelulusan tiba, sekarang tubuhku bukan lagi terselimuti putih biru, melainkan
putih abu-abu.
Tanggal 6 Juni 2004
Hari senin mulai masuk sekolah, aku
banyak mendapatkan teman baru, mereka ramah-ramah, baik, dan murah senyum. Aku
senang hal ini, rasanya aku jadi ingin sekolah terus. Satu hari tak bertemu
candanya serasa satu tahun kami tak bertemu. Di balik kebahagian mendapat teman
baru, aku merasa sedih, karena harus
berpisah dengan teman-teman SMP ku. Jika melihat lagi album foto bersama
teman SMP ku, rasa rindu itu muncul di benak dan terbayang masa-masa indah. Inilah
Della Farida Nasution yang baru, yang bangkit dari kemilau cinta yang kandas,
kini aku mulai buku-buku baru yang tertuliskan hal yang baik di dalamnya, aku
pun tak ingin mengenal pria dan mencintainya. Cukup ku tinggalkan serpihan
perih di SMP, dengan dukungan ayah dan bunda, aku terus berkarya dan
mengembangkan bakat ku yang selama ini terpendam jauh. Tak terasa waktu liburan
tengah semester tiba, aku di ajak untuk berlibur ke Solo, sekaligus mengunjungi
Eyangku. Udara dan alam pedesaan yang sejuk jauh dari polusi, hamparan sawah yang
membentang memenuhi mata memandang, sungguh panorama yang menyegarkan. Suasana
pedesaan yang sangat jauh berbeda dengan udara di kota Jakarta di mana tempatku
tinggal. Rasanya aku betah tinggal di Solo. Kulepaskan semua kepenatanku selama
enam bulan aku belajar. Kududuk di sebuah kursi kayu jati yang semakin halus ukirannya, kurenungi
kejadian tadi. Mata ku terasa pedih di terpa angin senja yang menggebu. Bunda pun mengajakku masuk kedalam rumah, tak lupa
aku menceritakan kejadian tadi pada ayah dan bunda. Malam yang indah, kota Solo
yang dingin menemani mimpiku di malam yang sahdu. Ayah berjanji bahwa besok
pagi aku akan di ajak ke Bengawan Solo. Malam tak terasa, tidurku nyenyak dalam
pelukan bunda. Wahai malaikat pagi engkau telah membangunkan ku dari lelap, dan
segera ku tunaikan kewajibanku terhadap Tuhan sebagi umat muslim. Kami shalat
subuh berjamaah di surau dekat rumah eyang. Dinginnya udara pagi menusuk hingga
tulangku. Setelah salat berjamaah, bunda segera menyiapakan semua perbekalan yang
akan dibawa ke Bengawan Solo. Kami pergi bersama, di perjalanan ku menghayal,
betapa indahnya dikau Sungai. Beberapa jam diperjalanan akhirnya sampai juga di
tempat tujuan aku turun pun dari mobil yang membuatku suntuk.
Ketika tiba, desiran angin mulai membelaiku, aku
begitu takjub melihat keindahan yang luar biasa, ku pandangi semua penjuru alam
sekelilingnya, ini adalah pemandangan yang baru aku saksikan. Setelah kami puas
bertamasya, ayah ku memutuskan untuk pulang ke rumah eyang, inilah terakhir
hari liburku pada semester gazal. Setelah berpamit pada eyang kakung dan eyang
putri, aku pun segera meluncur ke Jakarta. Malam ini aku tidur di kamar ku lagi, rasanya
nampak dingin karena tak di huni untuk beberapa hari yang lalu. Sepertinya ada
yang berbeda di dalam kamarku? jam dinding ku tak berdetak lagi, tak bisa
bergerak sama sekali, aku bergegas untuk membenahinya, ternyata baterainya
terjatuh di lantai, setelah ku pasangkan lagi, jarum jam pun mulai berdetak. Kurebahkan
lagi tubuh ku kekasur yang sangat empuk.
“selamat
pagi Della, bangun sayang sudah siang nanti kamu terlambat kesekolah, ini
adalah hari pertama masuk sekolah untuk semester genap”! Seru ibu ku sembari
membuka selimut yang menyelubungi tubuhku yang putih.
“
ya bu,,, Della sudah bangun sejak tadi..? :D
Setelah sarapan roti dan susu, aku
berangkat ke sekolah bersama ayah yang kebetulan beliau hendak berangkat ke
kantor. Sapaan hangat dari teman-teman membuat rasa gundah ku hilang.
“Della,
kamu di panggil kekantor tuh, oleh ibu
Shireen,? Seru jessi pada ku.
“
ya,, nanti aku kesana,! Balasku dengan senyum ku yang khas.
Tanpa basa-basi aku pun menuju
ruangan wakil kepala sekolah Kurikulum sekolahku Ibu Anita Shireen Ayu. Dengan
penuh hati-hati aku raba pintu dan mulai menggedornya.
“asalamualaikum ibu, bolehkah Della masuk?
Tak
lama ibu Shireen membukakan pintu ruangannya.
“ayo
masuk nak, ! dengan sopan ibu wakil kepala sekolah mempersilahkan.
Aku
pun duduk di hadapannya, hati ku berdegup-degup tak menentu.
“Della,
ini ada undangan, perlombaan menulis puisi dan karangan sastra tingkat
nasional, apakah Della bersedia untuk perwakilan dari SMA kita ini? tanya ibu
shireen sambil menyodorkan amplop putih ke pada ku.
“
Insya allah ibu, Della mohon bimbingan dari guru bahasa indonesia. Jawabku yang
tengah meneriama amplop itu.
Aku pun mulai berlatih dengan serius
dan konsentrasi, aku ingin hasil yang terbaik nantinya, setiap hari waktu jam
less ku, di gantikan dengan belajar memahami teknik-teknik menulis puisi.Berikut
adalah penggalan puisi karyaku yang di lombakan di tingkat nasional.
*Kapalku
Siap Berlayar Mengarungi Samudera*
Saat cakrawala membentang
Saat deburan ombak beradu dengan kulit karang
Dan..
Bercumbu buliran pasir pantai
Kapalku bergerak seiring tujuh lembar layarnya merentang
Memburu angin..
Dan..
Mengukir kisahnya di tengah lautan
Tanggal
30 April 2005 hari yang di tuggu-tunggu itu pun tiba, dengan penuh percaya diri, membacakan puisi karyaku
dengan ekspresi yang sesuai dengan tema,di hadapan dewan juri. Aku pulang membawa
hasil yang sangat baik, inilah upah kerja keras ku. Bapak ibu guru pun turut bangga
dan senang melihat keberhasilan ku mencatat nama baik sekolah di tingkat nasional. Rasa syukur kupanjatkan
pada yang maha kuasa. Sabtu depan ada olimpiade sains di SMA Ponorogo, Jawa
Timur. Ibu Shireen lagi-lagi mempercayakan itu pada ku. Dengan dampingan guru
bidang Sains ku, bersama-sama pergi ke Ponorogo, ternyata aku duduk di ruang 4
lantai 2. Sebelum ku isi soal olimpiade, aku berdo’a kepada Tuhan semoga dalam
mengisi selalu di beri kemudahan. Treeeeett............. tret......trettt...
waktu mengisi habis, alhamdulillah terisi semua olehku. Sambil nunggu
pengumuman besok, aku mengunjungi beberapa objek wisata yang ada di Ponorogo,
seperti melihat pertunjukkan tarian Reog Ponorogo, mengunjungi rumah makan sate
ala Madura, dll.
Dari
olimpiade ini aku banyak mendapatkan teman. Mereka mudah bergaul, tidak
sombong, tapi tidak menutup kemungkinan kalau di antara mereka ada yang sombong
dan tinggi hati. Ketika aku sedang mengunjungi Kebun Binatang, bertemu dengan
salah satu teman , tetapi aku lupa namanya, padahal baru kemarin kami
berkenalan.
“
hay Della,,, kamu ada di sini?. Sapanya pada ku.
“
hemm,, ya. Aku sedang melihat jerapah, kamu, sama siapa? Tanya ku.
“
sama papa ku, tuh.! Menunjuk ke arah seorang lelaki yang berpenampilan sangat
rapi.
Kami
pun bercakap-cakap, tentang olimpiade kemarin.
“
maaf aku lupa, nama kamu siapa dan utusan dari mana? Tersenyum malu
“
pasti kamu lupa, namaku Fadil, dari kota Makkasar. Jawabnya dengan enteng.
“
ma’af ya., Fadil. Kemarin aku banyak
berkenalan dengan teman yang lain, jadi mudah lupa.” Aku senyum kecil.
Sedang
asyik bercanda dengan fadil. Tiba-tiba pak Ardi memanggilku, dan mengajak untuk
segera menuju ke SMA dimana aku olimpiade. Kami duduk di ruangan yang cukup
ramai oleh peserta olimpiade dan guru pendamping yang sedang menunggu hasil
pengumuman. Panitia pun menaiki mimbar yang sudah di sediakan dan membawa
selembar kertas. Betapa terkejutnya ketika Ia memanggil namaku sebagai pemenang
Olimpiade Sains 2009, tingkat Nasional. Piala dan piagam aku bawa dengan penuh
rasa syukur. Lagi-lagi aku mengukir prestasi yang baik, setibanya di rumah, ibu
dan ayah menyambutku dengan penuh kebanggaan. Tapi di balik kebahagiaan itu,
ada hal yang membuatku akan lebih bahagia lagi. Ternyata ada seorang laki-laki
sebaya dengan ayah duduk bersama di ruang keluarga.
“Della,
ayo salaman nak, ini pak Sam, kawan ayah dulu, beliau adalah dosen di ITB,.
Perintah ayahku,
“
hallo pak, apa kabar? Tanya ku sambil bersalaman.
“baik
nak,! Jawabya ketika ia membalas ku untuk bersalaman
Ternyata pak Sam ingin mengajak ku
menciptakan penemuan baru, dalam bidang teknologi. Ia pun memberiku daftar nama
yang akan mengikuti kegiatan itu yang berasal dari berbagi kota di Indonesia.
Aku pun menyanggupi tantangan itu. Bulan Oktober setelah lebaran aku berangkat
ke Bandung untuk menghadri kegiatan itu, di sana kami tidur di Asrama haji.
“hey
Della, sini kita kumpul dulu, ini kelompok empat”. Seru Denni padaku
“ya,
aku tadi mencari-cari kalian,!”... ujar ku berjalan mendekati mereka.
Mata ku melirik memandangi teman
kelompokku satu persatu, kami pun berkenalan dan memikirkan di mulai dari mana
untuk memecahkan penemuan tersebut.
Ide-ide cemerlang mulai terungkap. Di dalam kegiatan ini memakan waktu hampir
seminggu dari tanggal 7-14 Mei tahun 2005, kami membuat alat untuk mendeteksi
banjir di daerah yang rawan banjir seperti kota Jakarta dan wilayah lainnya.
Berkat do’a dan usaha yang sangat serius, hasil kami cukup membanggakan.
Lagi-lagi kami mendapat pujian dari panitia penyelenggara, sungguh sesuatu yang
sangat terhormat ketika aku mendapat mendali yang langsung di sematkan oleh
Presiden Republik Indonesia. Setelah lulus SMA aku pun berencana kuliah di
Columbia University. Tapi satu hal yang menghalangi niat muliaku. Ternyata eyang
dan pihak keluarga ayah, tak menyetujui niatku, mereka menginginkan agar aku
menikah dengan Mas Riski Suryo Diningrat.
Aku yang mendengar keputusan eyang yang
begitu lantang, seakan-akan mimpi ku raib seketika. Ternyata eyang tidak
mengizinkan aku sekolah di luar negeri, kecewa yang sangat menusuk. Segera
meninggalkan ruangan tamu dan menuju kamar . Aku menangis tersedu-sedu.
“
Sudah sayang, jangan nangis ya! Eyang mu
hanya bercanda. Bujuk ibu pada ku sambil membelai rambutku yang lurus.
“
ya bun, aku bersedia sekolah dimanapun, tapi yang buat Della sedih, eyang akan
menjodohkan aku sama mas Riski.! Jawabku terbata-bata.
“mungkin
eyang mu punya rencana yang lebih bagus,. Tambah bunda.
“
Della memiliki cita-cita yang luhur, di Indonesia belum ada Dokter spesialis
jantung yang sangat ahli. Kasian bun, banyak orang Indonesia yang terserang
penyakit jantung. Kalau saja aku menjadi salah satu dokter, alangkah mulianya aku.
“
iya, sayang. Tapi keputusan ayah mu tidak bisa di ubah lagi. Jelas ibuku.
Aku pun meratapi nasib apa yang akan
menimpa ku, suatu hari nanti, padahal cita-cita ku sangat tinggi dan menjadi
tantangan hidupku yang akan datang. Sungguh hamabatan datang bertubi-tubi
menghalangi tugas mulia ku. Aku hanya berpasrah kepada Tuhan, mungkin memang
sudah takdir ku. Tapi aku harus optimis aku bisa jadi orang yang sukses seperti
ayah dan bundaku.
Lagi-lagi aku menangis, karena
masalah perjodohan yang membuat ku kesal. Semenjak Mas Riski main ke rumahku
dua hari yang lalu. Entah bagaimana caranya aku harus kuliah dan tidak menikah
dengan mas Riski, tekad ku sudah bulat, dengan modal pengetahuan dan semua
piagam, aku harus bisa masuk perguruan tinggi di Amerika. Ide-ide yang tidak
karuan mulai muncul di dalam otakku. Dengan bantuan paman ku di Solo, aku mulai
merekap apa saja yang menjadi
persyaratan untuk mengikuti tes masuk universitas impian ku itu. Hari ini
tanggal 19 Agustus 2007, dua bulan setelah kelulusan , aku melarikan diri dari
rumah, membawa semua uang tabunagan ku sejak SD, ku tinggalkan tanah air,
lamabian tangan ku mengiringi kepergian ku. Air mata mengalir begitu deras,
tanpa restu orang tua ku pergi. Mungkin mereka mengkhawatirkan dan mencari ke
mana-mana. Akhirnya perjodohan itu di batalkan, dengan sengaja aku melanggar
peraturan yang sudah menjadi tradisi keluarga ayah.Bunda ku bersedih dan
berusaha bunuh diri, beliau juga mengalami depresi, kehilangan seorang anak,
yang menjadi kebanggannya.
Tanggal
29 September 2007
Dengan kecerdasan, aku pergunakan
untuk mengikuti tes dan Alhamdulillah mendapat beasiswa di Columbia university.
Untuk biaya makan dan keperluan lain aku memiliki profesi sebagai guru less
matematika anak para pejabat negara USA. Ternyata bukan hal mudah untuk
menjadikan seseorang yang mandiri, hidup kadang kekurangan di negeri orang.
Tiada sanak saudara saat meminta bantuan. Dalam keheningan kadang aku berfikir tak
sanggup lagi untuk hidup di AS dan panggilan lirih bundaku selalu menggugah
hati ku untuk pulang ketanah air. Tapi sesekali aku melihat Surat Kerjaku dan
motivasi yang ku tempel di almari pakaian, semangatku seolah-olah kembali dan
keinginanku semakin kuat. Aku jalani kehidupanku yang pas-pasan dengan do’a dan
tekad, kunikmati setiap hariku yang melelahkan. Banyak hal yang aku pelajari
dari kehidupanku di AS, rasanya aku yang sekarang telah lahir kembali.
Tanggal
1 Januari 2008
Semenjak SMP aku
telah mengidap penyakit paru-paru basah. Setiap kali kambuh rasanya sungguh
menyakitkan. Hatiku yang masih merasakan perihnya kecewa di saaat itu
penyakitku mengusik hingga aku tak dapat kuliah dan beraktivitas seperti biasa,
rasanya aku ingin Tuhan segera menyabut nyawaku. Karena aku sudah tidak bisa menerima ujianNya, aku merasa
Tuhan memberikan ketidak adilan yang kedua, setelah aku harus berjuang sebagai
muhajidah yang berjihad di jalan Allah. Kini aku harus terbaring di rumah sakit
dengan alat dokter yang mengerikan. Tangan ku ditusuk jarum yang mengalirkan
cairan kedalam darah. Sahabat dan keluarga tidak mengetahui apa yang terjadi
pada diriku. walaupun tanpa kedatangan
mereka yang mampu menghiburku dari kesedihan yang mengelabuhi hatiku. ‘Saat aku
butuhkan dirimu namun engkau pergi jauh dan aku tidak bisa melihatmu, hanya
bintang pemberian darimu yang menemani di sisiku’. Lagi-lagi tangan suster dan
dokter yang terus menyentuh tubuhku, Gina pun tak datang menjenguk karena ada
acara keluarga di Italia. Rasa sepi dan gundah membuatku semakin merasakan
sakit, sepertinya penyakitku sudah menular ke tulang rusuk. Saat aku di infus
yang kesekian kalinya, aku sempat tak sadarkan diri. Perjuangan ku untuk
melawan penyakit ini butuh kesabaran dan semangat yang ekstra. Akhirnya
kesabaran dan perjuangan berbuah manis setelah beberapa minggu aku terbaring
tak berdaya di rumah sakit, kini aku bisa menghirup udara segar dan
mendengarkan ayam berkokok di pagi hari. Kicauan burung gereja yang
memebangunkan ku setiap pagi kini terdengar kembali. Embun pagi yang sejuk dan
hembusan angin yang membuat aku terhanyut dalam khayalan indahnya saat-saat
bersama Dirly. Aku lupa untuk mengenalkan seorang teman yang sangat baik,
bernama Gina. Setiap aku meminta bantuannya, dia selalu siap tanpa ada hal yang
dipikirkan lagi. Berkat motivasi dan nasehat Gina semangatku pulih dan kini aku
siap untuk beraktivitas seperti orang sehat lainnya. Kini aku bisa
menyelesaikan kuliah ku selama empat tahun. Rasa haru, bahagia, dan sedih
karena disaat aku menerima sertifikat kelulusan tidak didampingi oleh ayah dan
bunda.
Tanggal
3 Desember 2011
Setelah empat tahun aku pergi
meninggalkan kampung halaman tanpa selembar surat kabar. Kini aku menjadi seorang Dokter spesialis organ
dalam, yang termasyur, aku pun memberanikan diri untuk pulang ke tanah air ku
tecinta dan mengabdikan kemampuanku di tanah kelahiran ku sendiri. Aku telah
mendapat tawaran di Rumah sakit Cipto Mangoen Koesumo Jakarta Pusat. Keinginan
ku untuk pulang semakin kuat. Setelah tiga tahun ku tinggalkan Indonesia,
rasanya ada yang berbeda, banyak budaya asing yang masuk dan masyarakat mulai
mengenal sistem kerja modern. Ketika ku injakkan kaki ku ke halaman rumahku,
hati ini sanagat damai, aku segera menuju kedalam rumah.
Tiba-tiba bunda terbangun dari kursi rodanya
dan sehat seketika setelah hampir satu tahun dia duduk di kursi yang
membantunya jalan. Ibu pun memelukku, akhirnya ku dapat merasakan pelukan hangat
sang ibu lagi,..
Ayah pun segera memelukku, dengan
air mata yang berlinangan setelah empat tahun aku menghilang, akhirnya aku bisa
jadi anak yang sukses. Mungkin ayah dan bunda, sadar bahwa apa yang ku inginkan
pasti akan ku capai. Setelah beberapa bulan di rumah, eyangku datang ke rumah.
Eyang mengajak kami ke Solo, disana aku disidang di hadapan para keluargaku. Di
sana aku bertemu dengan mas Riski, yang dulu hendak di jodohkan dengan ku.
“
Della, ngapasih dulu kamu nggak mau jadi istriku,? Tanya mas Riski pada ku
(logat jawa tulen )
“
kalau sampean bener-bener tresno saya. ngapa nggak sabar nunggu saya pulang,.!
Jawabku
“
kamu adalah wanita yang paling berani, aku salut tenan lo!.. pujinya pada ku
Kami pun lama berbincang-bincang. Setelah
beberapa hari di Solo aku pun pulang ke Jakarta, aku mulai bekerja di rumah
sakit. Aku sangat berterimakasih kepada ibu pertiwi yang masih menerima pengabdianku.
Setelah beberapa hari merawat Oma Dian di rumah, aku di perkenalkan dengan
seorang lelaki, tetapi belum tahu siapa dia, Oma selau menceritakannya pada ku
dan selalu bicara dia adalah calon suamiku.
Tiba-tiba seorang laki-laki yang
tidak aku kenal memeluk dan sungkem di hadapan oma. Betapa terkejutnya aku
ketika melihat seorang yang sedang sungkem di hadapan Oma yang kebetulan
menatap ku.
“
Della... serunya !
“
kamu sudah kenal Dir, sama Della.? Tanya Oma kebingungan
“ Oma
dia adalah kekasih ku ketika di SMP, dulu waktu aku pergi ke Surabaya kami
jarang berhubungan lagi,, dan Tuhan maha adil, Dia telah mempertemukan kami
lagi... jelas Dirli pada omanya dengan tenang.
Aku tertegun berdiri di samping Oma,
Dirli pun berdiri dari sungkemnya dan memelukku. Aku hanyut dalam cinta ku yang
hilang, dan kini kembali lagi, ku pejamkan mata ku. Ku hayati degup jantungya,
yang begitu membawa kasih dan sayang. Oma yang menyaksikan itu, tersenyum
gembira.. lama sekali dia memelukku, dan mencium keningku dan berkata.
“
aku akan menepati janjiku Della, aku akan menemuimu lagi, dan mencintaimu
sepanjang hayat ku.. hanya kamu yang ada di hati ku”.
“
ya, kak aku juga masih mencintai mu,, jawabku dengan lembut.
Cinta
ku telah kembali, belah jiwa ku telah datang dan nafas ku bersatu lagi. Pak
Alfian dan semua keluargan Dirli datang kerumah untuk meminang ku. Akhirnya
orang tua ku menerima pinangan itu. Hari pernikahan itu jatuh pada tanggal 26
Mei 2013. Kami di persatukan kembali setelah menjadi orang-orang yang sukses. meniti kehidupan baru, lembaran baru, cerita
baru dan berhiaskan kasih sayang sampai kami menutup mata.
Terima
kasih Tuhan, Ayah, Bunda dan semua keluarga serta sahabat, tanpamu aku bukan
siapa-siapa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar